Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka yang Terkesan Ikut Aksi Mendukung Prabowo...

Kompas.com - 22/08/2014, 08:35 WIB
Adysta Pravitra Restu

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Massa pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa tumpah di bundaran air mancur Patung Kuda Arjuna Wiwaha, Kamis (21/8/2014). Mereka tidak hanya datang dari Jakarta, tetapi juga dari luar kota. Apa yang membuat mereka rela ikut aksi di Jakarta? 

Seorang pendukung Prabowo, Yani (44), dari Pemalang, Jawa Tengah, mengaku penasaran dengan aksi yang disampaikan selama di depan Gedung Mahkamah Konstitusi. Karena itu, ia bersikeras ikut ke Jakarta untuk mengikuti aksi dengan puluhan ribu pendukung Prabowo lainnya. 

"Biasanya lihat di televisi saja. Sekarang mau lihat langsung, penasaran, ingin tahu gimana ikut aksinya," kata Yani kepada Kompas.com, Kamis (21/8/2014) malam. 

Yani menuturkan, ia dan 10 orang lainnya berangkat dengan menggunakan dua mobil dari Pemalang menuju Jakarta. Mereka berangkat dari Rabu (20/8/2014) pukul 21.00 dan tiba di Jakarta pada Kamis (21/8/2014) pukul 07.00 WIB. Setelah itu, dua mobil yang membawa rombongan diparkirkan di Kompleks Duta Merlin, Harmoni, Jakarta Pusat. 

Yani mengaku datang ke Jakarta atas izin suami dan diberikan tumpangan oleh pendukung lain. Dengan hati nurani sendiri, katanya, ia rela berhamburan bersama pendukung Prabowo di ujung Jalan Medan Merdeka Barat tersebut. 

Ia mengaku cukup mendapat pengalaman tak terlupakan ketika gas air mata ditembakkan oleh aparat kepolisian. Ia juga mengungkapkan ingin kembali ikut orasi dengan massa, tetapi tanpa adanya insiden yang telah terjadi. 

"Saya kira bisa ikut demo depan MK kayak sebelumnya, ternyata malah enggak boleh dan aksi di depan sini (Jalan Medan Merdeka Barat). Kalau tahu enggak pas bisa depan MK, saya enggak ikut gini, mending nonton di rumah. Saya kan maunya pas depan MK," tuturnya. 

Meski begitu, ia merasa memiliki pengalaman baru dari adanya aksi yang dilakukan kubu calon presiden nomor urut satu tersebut. Ia pun menjadikan pengalaman itu sebagai bahan cerita kepada anak dan cucunya. 

"Saya disuruh ngulangin, enggak mau. Tapi, ini bisa diceritain ke anak cucu. Saya selamatkan orang, kena gas air mata, lari-larian, seru," katanya sambil terkekeh-kekeh. 

Senada dengan Yani, Atik dari Boyolali pun mengaku ingin tahu aksi yang selama ini menggebu di depan MK berujung seperti apa. Maka dari itu, ia memilih pergi sejenak dari kotanya dan berkunjung ke Ibu Kota untuk mengikuti aksi di sekitar MK. 

"Saya jauh datang. Bareng sama rombongan ada kali 30 orang. Kita mau tahu gimana rasanya aksi ramai," ungkapnya. 

Atik menyatakan, selama ini pemberitaan di televisi kerap memperlihatkan banyaknya massa yang berorasi di depan Gedung MK. Bahkan, ia berharap dapat berorasi di depan gedung pengadilan tertinggi Indonesia tersebut. 

Namun, pengamanan dari kepolisian yang menyatakan tidak diperbolehkannya massa mendekati Gedung MK membuat Atik hanya berorasi di depan kantor Indosat tersebut. "Kita enggak tahu kalau enggak boleh masuk. Bolehnya demo di sini. Kan kalau depan MK kita biar ikut kawal putusan," ungkapnya. 

Atik menyatakan, tidak akan terjadi kerusahan apabila kepolisan mengizinkan massa berorasi di depan Gedung MK seperti selama sidang berlangsung. Karena tidak mendapat izin itu, massa memberontak dan mengakibatkan beberapa orang pendukung mengalami luka. 

"Tadi kan jadi bisa rusuh ingin mengikuti sidang putusan. Kita enggak akan ada masalah kalau tadi boleh masuk," katanya. 

Mereka pun mengaku mendapat logistik makan dari pendukung Prabowo lain. Ada yang mendapat makan nasi bungkus dari pasukan Maluku maupun dari Gerakan Rakyat Dukung (Gardu) Prabowo. Mereka juga mengaku tidak mendapat bayaran untuk ikut orasi di Jakarta. 

Mereka juga mengaku masuk secara dadakan di daftar nama pengunjuk rasa Prabowo, Kamis itu. Soalnya, ungkap mereka, hati nurani pribadi yang akhirnya menggerakkan mereka untuk menginjakkan kaki di Jakarta untuk mengikuti orasi itu.

KOMPAS.COM / SAKTI PUJO ASMOROPolisi berjaga di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, saat terjadi unjuk rasa pendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menjelang sidang putusan perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) presiden dan wakil presiden di Mahkamah Konstitusi (MK), Kamis (21/8/2014). Prabowo-Hatta menuntut agar MK membatalkan SK KPU yang menetapkan pasangan nomor urut 2 Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai pemenang Pilpres 2014.
KOMPAS.COM / SAKTI PUJO ASMOROPolisi berjaga di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, saat terjadi unjuk rasa pendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menjelang sidang putusan perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) presiden dan wakil presiden di Mahkamah Konstitusi (MK), Kamis (21/8/2014). Prabowo-Hatta menuntut agar MK membatalkan SK KPU yang menetapkan pasangan nomor urut 2 Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai pemenang Pilpres 2014.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Perampok Pecah Kaca Mobil Kuras Dompet, iPad hingga iPhone 11 Pro Max

Perampok Pecah Kaca Mobil Kuras Dompet, iPad hingga iPhone 11 Pro Max

Megapolitan
Maling di Sawangan Depok Angkut 2 Motor Lewati Portal Jalan

Maling di Sawangan Depok Angkut 2 Motor Lewati Portal Jalan

Megapolitan
Pedagang Pigura di Jakpus 'Curi Start' Jualan Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Jakpus "Curi Start" Jualan Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com