Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kinerja DPRD DKI Dinilai Membaik Sejak Era Jokowi-Ahok

Kompas.com - 26/08/2014, 12:42 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com- Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia, Sebastian Salang, menilai, terjadi perubahan yang signifikan terhadap kinerja anggota DPRD DKI Jakarta dalam 1,5 tahun terakhir. Perbaikan itu terluhat sejak Joko Widodo dan Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama memegang kendali pemerintahan sebagai gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta.

Sebastian mencontohkan sistem pengelolaan anggaran yang selama di bawah pengelolaan Jokowi-Ahok semakin transparan, lebih akuntabel, dan semua dibuat secara online sehingga ada partisipasi publik. Menurut dia, semua hal itu berdampak pada terciptanya kultur baru di DPRD DKI.

"Pada 3,5 tahun sebelumnya, DPRD masih berada pada kultur yang lama. Dulu bukan sesuatu yang aneh kalau ada anggota DPRD yang ikut bermain proyek. Kalau sekarang DPRD tidak bisa "bermain" dalam hal pengelolaan anggaran, misalnya dalam hal pelaksanaan proyek," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (26/8/2014).

Sebastian berharap, membaiknya kinerja anggota DPRD DKI dalam 1,5 tahun terakhir tetap bisa berlanjut pada anggota DPRD periode 2014-2019 yang resmi dilantik pada Senin (25/8/2014) kemarin.

Menurut Sebastian, para anggota DPRD yang baru ke depannya harus bisa mengimbangi kinerja eksekutif agar tidak ketinggalan dalam menjalankan fungsi-fungsinya sebagai pihak pengawas. Para anggota DPRD, kata dia, harus bisa menangkap pemikiran dan gagasan-gagasan baru yang muncul dari pemerintah, terutama saat kendali pemerintahan mulai dipegang Ahok.

"Gaya kepemimpinan Ahok pasti akan sama dengan Jokowi, yakni gaya kepemimpinan yang tidak ada kompromi dengan legislatif. Bahkan Ahok lebih keras. Jadi DPRD yang baru jangan pernah berpikir bisa bermain-main dalam pengelolaan anggaran. Meskipun anggaran di DKI sangat besar," jelas dia.

DPRD DKI periode 2014-2019 terdiri dari 106 anggota. PDI Perjuangan menjadi fraksi dengan jumlah anggota terbanyak dengan 28 orang; disusul Gerindra dengan 15 orang; PKS dengan 11 orang; PPP dengan 10 orang; Demokrat dengan 10 orang; Hanura dengan 10 orang; Golkar dengan 9 orang; PKB dengan 6 orang; Nasdem dengan 5 orang; dan PAN dengan 2 orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Kapok Pernah Dibui, Remaja Ini Rampas Ponsel di Jatiasih dan Begal Motor di Bantargebang

Tak Kapok Pernah Dibui, Remaja Ini Rampas Ponsel di Jatiasih dan Begal Motor di Bantargebang

Megapolitan
14 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari Per 24 April 2024

14 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari Per 24 April 2024

Megapolitan
BPBD DKI: Waspada Banjir Rob di Pesisir Jakarta pada 25-29 April 2024

BPBD DKI: Waspada Banjir Rob di Pesisir Jakarta pada 25-29 April 2024

Megapolitan
Bocah 7 Tahun di Tangerang Dibunuh Tante Sendiri, Dibekap Pakai Bantal

Bocah 7 Tahun di Tangerang Dibunuh Tante Sendiri, Dibekap Pakai Bantal

Megapolitan
Tiktoker Galihloss Terseret Kasus Penistaan Agama, Ketua RW: Orangtuanya Lapor Anaknya Ditangkap

Tiktoker Galihloss Terseret Kasus Penistaan Agama, Ketua RW: Orangtuanya Lapor Anaknya Ditangkap

Megapolitan
Warga Rusun Muara Baru Antusias Tunggu Kedatangan Gibran Usai Penetapan KPU

Warga Rusun Muara Baru Antusias Tunggu Kedatangan Gibran Usai Penetapan KPU

Megapolitan
Pembatasan Kendaraan Dianggap Bisa Kurangi Macet Jakarta, Asalkan Transportasi Publik Baik

Pembatasan Kendaraan Dianggap Bisa Kurangi Macet Jakarta, Asalkan Transportasi Publik Baik

Megapolitan
Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Megapolitan
Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Megapolitan
Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Megapolitan
Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Megapolitan
Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Megapolitan
Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Megapolitan
Politisi PAN dan Golkar Bogor Bertemu, Persiapkan Koalisi untuk Pilkada 2024

Politisi PAN dan Golkar Bogor Bertemu, Persiapkan Koalisi untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com