Kokok sang jago belum terdengar ketika Darmawan dan istrinya, Lina, mulai menyapu sepanjang Jalan Pondok Pinang Raya, Jakarta Selatan.
Sorot lampu penerangan jalan raya (PJU) di kedua sisi jalan membantu keduanya untuk membersihkan sampah, mulai dari botol bekas minuman hingga daun-daun kering yang berguguran.
Udara pagi yang menusuk kulit tidak menjadi penghalang bagi Darmawan dan Lina untuk bekerja pada dini hari. Keduanya sibuk menyapu jalan tanpa menghiraukan beberapa kawula muda yang memanfaatkan situasi lengang di kawasan tersebut untuk ugal-ugalan menggunakan sepeda motor.
"Memang setiap hari kami harus mulai kerja jam segini (pukul 02.30 WIB). Kalau mulai pukul 05.00 pagi, di sini udah mulai ramai kendaraannya," ujar Darmawan, membuka percakapan saat ditemui Kompas.com di Jalan Pondok Pinang, Jakarta Selatan, Rabu (27/8/2014).
Darmawan mengaku menekuni pekerjaan ini (penyapu jalan) sejak dua tahun silam. Dia dan istrinya ditempatkan pada lokasi yang sama, Darmawan menyapu sisi kiri jalan, sedangkan Lina bertanggung jawab membersihkan sisi kanan jalan.
Pria asal Madiun, Jawa Timur, ini juga bersyukur bahwa penghasilannya sebagai tukang sapu cukup untuk membiayai pendidikan ketiga anaknya, walaupun terkadang dia harus mengutang.
"Kalau dulu masih dipegang swasta, kami hanya digaji Rp 700.000. Saat (kepemimpinan) Pak Jokowi, gaji kami naik, makanya saya dan istri saya semangat kerja," ujar dia.
Darmawan menambahkan bahwa ia sudah merantau ke Jakarta sejak tahun 1989 setelah menyelesaikan pendidikannya di bangku sekolah menengah atas. Berbekal ijazah SMA, dia mencoba peruntungannya di Jakarta.
Tanpa keterampilan yang memadai, lanjut Darmawan, dia terpaksa mengubur mimpinya untuk bisa bekerja sambil kuliah. Masa-masa itu dilewatinya dengan bekerja sebagai kuli bangunan dengan penghasilan yang kecil.
Pekerjaan sebagai kuli ditekuni hingga dia menikahi Lina pada tahun 1996. Dari pernikahan mereka, lahirlah Arief (17), Nisa (14), dan si bungsu, Riki (10). Ketiga anaknya kini dititipkan pada sang nenek di Madiun.
Arief saat ini bersekolah di sebuah sekolah menengah kejuruan (SMK) di Madiun, sedangkan Nisa duduk di bangku SMP, dan adiknya, Riki, baru saja duduk di kelas V SD.
Pengalaman dan cita-cita masa lalu yang urung tersampai menjadi motivasi baginya untuk bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga bergelar sarjana.
"Saya ingin masa depan anak-anak saya lebih baik dari kami, orangtuanya. Kami tidak ingin mereka bekerja seperti kami," sambung Arief.
Pekerjaan sebagai penyapu jalan ditekuni dengan serius dan penuh tanggung jawab oleh pasangan suami istri ini. Bahkan, mereka selalu memulai pekerjaan tersebut sejak pukul 02.30 WIB dan rehat sejenak pada pukul 06.00 pagi ketika jalanan di sekitar kawasan tersebut mulai dipadati kendaraan bermotor.