Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekurangan Dokter, Pasien RSUD Depok Ikut Dibatasi

Kompas.com - 11/09/2014, 13:36 WIB
Laila Rahmawati

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com — Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Depok membatasi jumlah pasien, baik yang merupakan pemegang kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Jaminan Kesehatan Masyarakat, maupun umum. 

Oleh karena pembatasan tersebut, pasien pun rela antre, bahkan menginap di pelataran rumah sakit. Hal tersebut dituturkan oleh Encep HM, seorang petugas keamanan rumah sakit yang menangani nomor antrean. 

Menurut Encep, pasien mulai berdatangan pukul 22.00 WIB, bahkan ada yang datang pukul 19.00 WIB. Pukul 05.00 WIB adalah saat ramai-ramainya pasien berdatangan. 

"Saya sebagai petugas sebenarnya enggak tega melihat orang antre kayak gitu, apalagi kalau ada yang datang pas kuota sudah habis. Melihat mereka balik pulang itu rasanya terenyuh juga, tetapi mau bagaimana lagi? SDM kami memang terbatas," kata Encep kepada Kompas.com, Kamis (11/9/2014).

Encep menuturkan bahwa RSUD Depok belum bisa menerima semua pasien yang datang karena keterbatasan tenaga kesehatan yang mereka miliki, terutama dokter. Jika ada penambahan kuota, dokter yang bersangkutan harus diberitahu dahulu, seperti penambahan kuota dua pasien pada poli bedah hari ini. 

"Idealnya kan dalam sehari, satu dokter menangani 30 pasien," kata Guntur, rekan Encep di meja antrean depan pintu RSUD. Untuk poli dalam, RSUD menetapkan jumlah maksimal 100 pasien setiap harinya. 

Poli dalam memiliki dua dokter. Sementara itu, untuk poli yang hanya mempunyai satu dokter, seperti poli bedah, paru, dan saraf, kuota pasiennya adalah 30 orang. Kata Encep, sebelum pola antrean seperti saat ini diterapkan, mereka sudah pernah mencoba menggunakan sistem antrean lewat daftar absen. 

Siapa yang datang lebih dahulu menuliskan data diri di lembar absen. Namun, menurut Encep, sistem tersebut rawan kecurangan. Oknum yang tidak bertanggung jawab atau calo dapat menulis di lembar absen sehingga orang yang benar-benar datang ke rumah sakit justru tak dapat nomor antrean. 

"Dulu belum banyak juga orang tahu soal rumah sakit ini, jadi pasien masih sedikit. Sekarang semua sudah tahu, jadinya ramai. Antre pakai botol terus menginap itu juga inisiatif mereka. Kami tidak bisa bertanggung jawab juga," kata Encep yang bekerja sejak RSUD berdiri pada tahun 2006. 

Melalui sistem antrean “siapa cepat dia dapat” tersebut, Encep tidak bisa membantu saudaranya yang hendak berobat ke RSUD Depok. Dia tidak bisa mengambil jatah satu pasien dari kuota yang ada ketika adiknya jatuh sakit dan dirujuk ke rumah sakit tersebut. 

"Kalau mau kritik, jangan kritik kami, orang rumah sakit. Kritik tuh pemdanya. Kami juga tidak bisa apa-apa karena keterbatasan SDM dan yang lain," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Megapolitan
Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Megapolitan
Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Megapolitan
Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Megapolitan
Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Megapolitan
Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Megapolitan
Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Megapolitan
Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Megapolitan
Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Megapolitan
Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Megapolitan
Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Megapolitan
Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Megapolitan
Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com