Andreas yang sudah menganggur selama kurang kebih 9 bulan ini bercerita jika dulu, ia sempat mengirimkan lamaran kerja ke kantor secara langsung.
"Dulu itu ada 20 perusahaan yang saya kirimkan lamaran kerja tapi cuma satu yang manggil saya," ujar Andreas kepada Kompas.com, Senin (15/9/2014).
Selain itu, Andreas mengatakan, biaya cetak lamaran kerja juga lebih mahal. Sehingga, dengan dana terbatas, menurut dia, cara menyebarkan fotokopian lebih efisien dan efektif.
Melalui kolom di media massa pun, kata dia, tidak efektif. Dengan biaya tidak murah, belum tentu ada orang yang membacanya.
"Biasanya kan hanya dalam kolom-kolom kecil saja kan, belum tentu juga dibaca orang atau perusahaan. Jadi mereka belum tentu tahu kalau saya lagi cari kerja," tambahnya.
Untuk ide, ia mengaku jika terbesit dari dirinya sendiri. "Waktu itu saya sempet cari lowongan kerja juga di koran tapi saya mikir kalo kayaknya bakal enggak efektif jadi saya cari cara yang mengeluarkan uang cuma sedikit tapi bisa ada hasilnya," imbuh Andreas.
Hanya lewat fotokopi selebaran saja, kata dia, sudah puluhan perusahaan yang menghubungi Andreas untuk menawarkannya pekerjaan. Namun, hingga kini dia belum juga bekerja. Belum ada yang cocok, katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.