Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Perasaan Orangtua Ade Sara Tiap Melihat Pembunuh Anaknya

Kompas.com - 16/09/2014, 08:03 WIB
Jessi Carina

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Sidang kasus pembunuhan Ade Sara Angelina Suroto dilaksanakan secara rutin setiap Selasa di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Orangtua Ade Sara, Suroto dan Elisabeth, selalu hadir pada setiap persidangan. Setiap minggu, mereka bertemu dengan terdakwa pembunuh anaknya, Ahmad Imam Al Hafitd dan Assyifa Ramadhani. Apa yang ada di pikiran mereka ketika melihat dua orang yang merenggut nyawa putrinya itu?

"Marah. Sedih karena dia sudah melakukan pembunuhan, tapi kok tidak ada rasa penyesalan," ujar Suroto kepada Kompas.com, Selasa (16/9/2014).

Suroto kecewa karena kedua terdakwa malah bersikap tidak peduli kepada dia dan istrinya. Beberapa kali, Suroto dan Elisabeth pernah berpapasan dengan Hafitd dan Assyifa ketika mereka akan masuk ke ruang sidang. Suroto yakin mereka tahu keberadaan orangtua Sara di depan mereka. Namun, Hafitd dan Assyifa sama sekali tidak mau menyapa atau sekadar menatap Suroto dan Elisabeth.

"Dia malah acuh terhadap kami. Berpapasan pun tidak mau menyapa, ditanya tidak mau menjawab," ujar Suroto.

Awalnya, banyak orang-orang dekat Suroto yang menganggap bahwa Hafitd dan Assyifa pasti malu dan takut. Rasa malu dan takut itulah yang mencegah mereka berdua untuk berani berhadapan langsung dengan orangtua Ade Sara. Namun, Suroto beranggapan lain. Menurut dia, Hafitd dan Assyifa lebih menunjukkan sikap angkuh dibandingkan malu dan takut.

Beberapa waktu, kepala mereka menengadah ketika melewati orangtua Ade Sara. Melihat hal itu, Suroto mengaku semakin sakit.

"Orang malu sama angkuh kelihatan bedanya," ujar Suroto.

Suroto mengaku, sebenarnya dia dan istrinya tidak membenci Hafitd dan Assyifa. Suroto hanya kecewa karena belum merasa melihat penyesalan dari diri kedua remaja itu. Ketika menunggu persidangan pada beberapa minggu lalu, ibu Ade Sara, Elisabeth, sempat mengungkapkan rasa sakit hatinya.

Elisabeth bercerita, setelah kejadian pembunuhan itu, sempat ada salah satu teman Ade Sara yang bertanya langsung kepada Assyifa. Kenapa Assyifa tega melakukan itu? Jawaban Assyifa membuat Elisabeth merasa semakin tidak rela dengan kepergian anaknya.

"Dia jawab untuk have fun. Jadi membunuh itu have fun buat dia," ujar Elisabeth sambil terisak.

Pada Selasa (19/8/2014), ketika sidang perdana kasus pembunuhan anaknya, Elisabeth sempat mendatangi Hafitd dan menasihatinya. Saat itu, dengan wajah berkaca-kaca, Elisabeth berbicara kepada Hafitd.

"Hafitd, saya mamanya Sara. Mau tanya kenapa sampai khilaf? Kalau khilaf kok berjam-jam? Kalian berdua sama-sama mencintai. Jangan berbohong. Itu membuat hatimu enggak lurus," ujar Elisabeth kepada Hafitd seusai sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (19/8/2014).

Ditanya seperti itu, Hafitd tetap menunduk terdiam. Namun, tak lama kemudian Hafitd mulai membuka suara. Dirinya pun menyatakan penyesalannya dan meminta maaf. Masih dengan wajah berkaca-kaca, ibu Ade Sara membelai pundak Hafitd sambil didampingi suaminya. Elisabeth pun lanjut menasihati Hafitd.

"Lakukanlah hal benar. Ini sesuatu yang salah. Kalau enggak dekat sama Tuhan, manalah aku bisa membelaimu seperti ini, Hafitd," ujar Elisabeth. "Belajarlah jadi laki-laki yang gentleman. Jangan membunuh lagi. Ini sesuatu yang sadis," tambahnya.

Suroto menganggap nasihat itu sebagai bentuk kepedulian mereka kepada Hafitd dan Assyifa. Dia tidak mau kedua remaja ini mengulang hal yang sama di kemudian hari. Namun, ada satu lagi penyesalan yang tersisa di diri Suroto dan Elisabeth. Sikap Hafitd dan Assyifa selama bertemu mereka selama ini, menurut dia, adalah tanda kesombongan.

"Tapi apa boleh buat... Yang dinasihati masih tertutup hatinya," ujar Suroto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Megapolitan
Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Megapolitan
Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Megapolitan
Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Megapolitan
Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Megapolitan
Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Megapolitan
Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Megapolitan
Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Megapolitan
Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Megapolitan
Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Megapolitan
Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Megapolitan
Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Megapolitan
Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com