Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengeluh Pungutan di Sekolahnya, Siswi Ini Tak Ditanggapi oleh Nur Mahmudi

Kompas.com - 16/09/2014, 13:09 WIB
Laila Rahmawati

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com — Seorang murid kelas III SMKN 2 Depok mengeluhkan pungutan yang harus dia bayarkan ke sekolahnya tiap bulan. Setiap bulan, dia harus membayar Rp 150.000 yang disebut sekolah sebagai sumbangan peningkatan kualitas pendidikan.

"Setahu saya di SMKN 1 Depok sudah gratis, makanya saya dan teman-teman protes. Karena kami SMKN, udah enggak ada uang-uang pungutan per bulan itu. Tetapi, itulah yang kami bingungkan kenapa pungutan itu masih ada," kata siswi itu kepada Kompas.com, Senin (15/9/2014) malam.

Dia juga mempertanyakan dana Bantuan Operasional Sekolah yang seharusnya diterima sekolahnya. Kata dia, pihak sekolah mengatakan, sumbangan tersebut diperuntukkan biaya uji kompetensi dan pembelian alat-alat praktik.

"Dulu pas kelas II kan ada PKL, kami juga disuruh bayar Rp 400.000. Itu kan bukan jumlah yang sedikit buat kami. Kata mereka (sekolah), itu untuk beli sertifikat, oleh-oleh perusahaan, dan lainnya."

Dalam setiap pengambilan keputusan tersebut, lanjut dia, komite sekolah tidak pernah melibatkan para orangtua murid. "Jika ada keputusan naik atau rapat kayak begitu, orangtua enggak pernah dilibatkan," katanya.

Ketika masuk kelas I, sumbangan per bulan yang harus dibayar adalah Rp 100.000. Besaran tersebut naik Rp 50.000 ketika menginjak kelas III. Bahkan dia membayar sebesar Rp 1 juta ketika baru masuk sekolah.

"Enggak ada perincian uang sejuta itu untuk apa. Sekolah cuma kasih baju almamater, batik, dan olahraga," katanya.

Selama ini, dia dan murid lainnya sudah sering menanyakan kepada sekolah, tetapi jawaban yang mereka terima belum memuaskan. Dia kehabisan akal hingga akhirnya mencoba mengadukan masalah ini kepada Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail melalui Twitter.

Ia me-mention akun Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail @Nurmahmudi. "Saya sebagai murid tak tahu harus mengadu ke mana. Tolong diberi solusi tentang pertanyaan saya tadi Pak @Nur_Mahmudi. Terima kasih," begitu salah satu kicauannya pada Senin (15/9/2014).

Sudah dua kali dia me-mention akun wali kotanya tersebut. Akan tetapi, belum ada jawaban hingga saat ini. Dia mengaku cukup sering me-mention akun Nur Mahmudi.

"Sebelum-sebelumnya aku juga pernah mention, tetapi bukan soal pendidikan, soal tata ruang dan dia balas," katanya.

Kompas.com mencoba menghubungi Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok Herry Pansila, tetapi tidak mendapat respons. Nur Mahmudi yang ditemui seusai kegiatan sosialisasi Pasar Cisalak pun enggan berkomentar. Dia hanya diam dan langsung menuju busnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Usut Penyebab Remaja di Cengkareng Gantung Diri

Polisi Usut Penyebab Remaja di Cengkareng Gantung Diri

Megapolitan
Dari 7 Jenazah Korban Kebakaran Mampang, 2 di Antaranya Anak Laki-laki

Dari 7 Jenazah Korban Kebakaran Mampang, 2 di Antaranya Anak Laki-laki

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Pengantaran 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' ke RS Polri

Isak Tangis Iringi Pengantaran 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" ke RS Polri

Megapolitan
Kebakaran Toko Bingkai Saudara Frame Padam, Arus Lalin Jalan Mampang Prapatan Kembali Normal

Kebakaran Toko Bingkai Saudara Frame Padam, Arus Lalin Jalan Mampang Prapatan Kembali Normal

Megapolitan
Sebelum Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Ada Percikan Api Saat Pemotongan Kayu

Sebelum Toko "Saudara Frame" Terbakar, Ada Percikan Api Saat Pemotongan Kayu

Megapolitan
Kondisi Karyawan Selamat dari Kebakaran Saudara Frame, Salah Satunya Luka Bakar Hampir di Sekujur Tubuh

Kondisi Karyawan Selamat dari Kebakaran Saudara Frame, Salah Satunya Luka Bakar Hampir di Sekujur Tubuh

Megapolitan
Polisi: Ada Luka di Dada dan Cekikan di Leher Jasad Perempuan di Pulau Pari

Polisi: Ada Luka di Dada dan Cekikan di Leher Jasad Perempuan di Pulau Pari

Megapolitan
144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan, Terbanyak di Jaktim

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan, Terbanyak di Jaktim

Megapolitan
Wanita Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari, Polisi Periksa 3 Teman Dekat Korban

Wanita Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari, Polisi Periksa 3 Teman Dekat Korban

Megapolitan
Cerita Warga Habiskan Uang Jutaan Rupiah untuk Bagi-bagi THR di Hari Lebaran

Cerita Warga Habiskan Uang Jutaan Rupiah untuk Bagi-bagi THR di Hari Lebaran

Megapolitan
Anggota DPRD Pertanyakan Besaran Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Anggota DPRD Pertanyakan Besaran Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Tewas Terjebak Kebakaran, Keluarga Pemilik 'Saudara Frame' Tinggal di Lantai Tiga Toko

Tewas Terjebak Kebakaran, Keluarga Pemilik "Saudara Frame" Tinggal di Lantai Tiga Toko

Megapolitan
Kadis Dukcapil: 92.432 NIK Warga Jakarta Bakal Dinonaktifkan Awal Pekan Depan

Kadis Dukcapil: 92.432 NIK Warga Jakarta Bakal Dinonaktifkan Awal Pekan Depan

Megapolitan
Sayur-mayur Membawa Berkah, Sarmini Bisa Menyekolahkan Anaknya hingga Sarjana

Sayur-mayur Membawa Berkah, Sarmini Bisa Menyekolahkan Anaknya hingga Sarjana

Megapolitan
Petugas Beberkan Sulitnya Padamkan Api yang Membakar Toko Bingkai Saudara Frame Mampang

Petugas Beberkan Sulitnya Padamkan Api yang Membakar Toko Bingkai Saudara Frame Mampang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com