Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/09/2014, 22:14 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — "Sekarang kalau kami pulang kerja, sepi... Enggak ada Sara," ujar Elisabeth, ibunda mendiang Ade Sara Angelina Suroto, lirih, di sela persidangan perkara dugaan pembunuhan anaknya, di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (16/9/2014).

Ceria, suka ngambek, lucu, dan manja adalah sederet kenangan yang bisa diingat Elisabeth soal Ade Sara. Dia pun mengenang saat-saat pulang kerja semasa Ade Sara masih ada. Lekat dalam ingatan Elisabeth, bagaimana Ade Sara memanjakan dirinya yang kelelahan usai bekerja.

Setiap kali melihat ibunya hanya berdiam karena lelah, kenang Elisabeth, Ade Sara sigap mengambil botol berisi minyak kayu putih. Pelahan, tutur ibu yang kehilangan putri semata wayangnya ini, Ade Sara akan membalurkan minyak itu ke perut sang ibu.

"Mama capek ya?" rapal Elisabeth, mengulang kata-kata anaknya setiap kali memanjakan sang ibu dulu. Mata Elisabeth tak pelak berkaca-kaca, mengiringi setiap tutur kenangannya. Namun, linangan bening itu bukan diikuti isak, justru senyum. Rindu. Sejenak, perempuan ini larut dalam kenangan.

Pura-pura amnesia

"Saya itu kangen ngambeknya dia. Itu lucu," lanjut Elisabeth. Dia pun bercerita soal cara anaknya dulu setiap kali meminta sesuatu kepadanya. Bicara berbisik-bisik sembari mendekat merapat, sebut dia, menjadi ciri khas Ade Sara akan membuat sebuah pinta.

Suatu ketika, kata Elisabeth, Ade Sara ingin meminta tambahan uang jajan. Rayuan pun dilancarkan. "Mama, sini deh.. Sara mau ngomong, tapi mama jangan marah yah," kata Elisabeth menirukan polah putrinya itu.

Balasan sang ibu pun sudah jadi semacam ledekan khas. "Aduh, perasaan mama enggak enak. Mama mendadak amnesia nih," kenang Elisabeth. Bila si ibu sudah beraksi pura-pura lupa begitu, Ade Sara sudah pasti akan merajuk alias ngambek.

Semua rayuan dan rajukan itu lamat-lamat diakui Elisabeth sebagai hal yang selalu menggedor pintu rindu hatinya kepada Ade Sara. Semua rengekan yang membuat sang ibu luluh memenuhi pintanya. 

Namun, Elisabeth pun menyebut Ade Sara adalah anak yang pengertian. Kalaupun harus meminta tambahan uang jajan, Ade Sara akan meminta "pekerjaan" kepada kedua orangtuanya, selain pekerjaan rumah harian yang memang sudah jadi kewajibannya.

"Biasanya dia pijitin saya. Tapi, pijitnya minta dibayar," ujar Elisabeth dengan senyum lebar sekalipun pandangannya menerawang.

Anak kreatif

Elisabeth menyebut Ade Sara bukanlah anak yang sangat pintar sekalipun juga tidak bodoh. Baginya, Ade Sara adalah anak kreatif.

Suatu ketika, Sara pernah mengikuti lomba desain yang digelar sebuah majalah remaja. Karya desain itu dibuat bermodalkan potongan kertas warna-warni.

Sebelum dikirimkan ke penyelenggara lomba, Sara memperlihatkan karyanya itu kepada sang ibu. "Saya lihat bentuknya aneh. Tapi, saya tidak mau tertawa di depan dia. Takut kecil hati. Akhirnya saya bilang bagus," aku Elisabeth.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Cabai Rawit di Pasar Perumnas Klender Turun Jadi Rp 40.000 Per Kilogram Setelah Lebaran

Harga Cabai Rawit di Pasar Perumnas Klender Turun Jadi Rp 40.000 Per Kilogram Setelah Lebaran

Megapolitan
Dukung Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Rp 22 Miliar, Fraksi PKS: Biar Nyaman Jadi Kantor Kedua

Dukung Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Rp 22 Miliar, Fraksi PKS: Biar Nyaman Jadi Kantor Kedua

Megapolitan
Harga Bawang Putih di Pasar Perumnas Klender Masih Stabil dari Sebelum Lebaran

Harga Bawang Putih di Pasar Perumnas Klender Masih Stabil dari Sebelum Lebaran

Megapolitan
PSI DKI Ingatkan Heru Budi soal Keberadaan Biro Jasa Pembebasan Lahan Normalisasi Kali Ciliwung

PSI DKI Ingatkan Heru Budi soal Keberadaan Biro Jasa Pembebasan Lahan Normalisasi Kali Ciliwung

Megapolitan
Penampilan Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Palsu TNI yang Kini Berbaju Tahanan

Penampilan Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Palsu TNI yang Kini Berbaju Tahanan

Megapolitan
Gerindra Mulai Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor untuk Pilkada 2024

Gerindra Mulai Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor untuk Pilkada 2024

Megapolitan
DBD di Jaksel Turun Drastis, dari 507 Menjadi 65 Kasus per April 2024

DBD di Jaksel Turun Drastis, dari 507 Menjadi 65 Kasus per April 2024

Megapolitan
Dalam Rapat LKPJ 2023, Heru Budi Klaim Normalisasi Berhasil Atasi Banjir Jakarta

Dalam Rapat LKPJ 2023, Heru Budi Klaim Normalisasi Berhasil Atasi Banjir Jakarta

Megapolitan
Pria di Bekasi Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Pria di Bekasi Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Megapolitan
Tak Hanya Kader, PKS Juga Usulkan Anies dan Eks Kapolda Masuk Bursa Bacagub DKI

Tak Hanya Kader, PKS Juga Usulkan Anies dan Eks Kapolda Masuk Bursa Bacagub DKI

Megapolitan
Tak Lagi Dapat 'Privilege' KTP Jakarta, Warga: Akses Pendidikan dan Kesehatan Jangan Jomplang

Tak Lagi Dapat "Privilege" KTP Jakarta, Warga: Akses Pendidikan dan Kesehatan Jangan Jomplang

Megapolitan
Warga 'Numpang' KTP DKI: Pelayanan di Jakarta Itu Enak Banget, Administrasinya Enggak Ribet...

Warga "Numpang" KTP DKI: Pelayanan di Jakarta Itu Enak Banget, Administrasinya Enggak Ribet...

Megapolitan
Masuk Bursa Cagub DKI dari PKS, Khoirudin: Saya Kawal dari Dewan Saja...

Masuk Bursa Cagub DKI dari PKS, Khoirudin: Saya Kawal dari Dewan Saja...

Megapolitan
Maju di Pilkada Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Daftar Lewat Gerindra

Maju di Pilkada Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Daftar Lewat Gerindra

Megapolitan
Pendapatan Ojek Sampan Tak Cukupi Biaya Hidup, Bakar Terpaksa Berutang untuk Makan

Pendapatan Ojek Sampan Tak Cukupi Biaya Hidup, Bakar Terpaksa Berutang untuk Makan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com