Ceritanya, sekitar 5 bulan lalu, LS mendatangi klinik itu untuk kembali mengecek USG penyakit kista yang dialaminya. Kala itu merupakan kali ketiga LS datang berobat di Klinik Metropole.
LS mendatangi klinik dan bertemu dengan petugas medis yang juga disebut sebagai kepala klinik tersebut. Petugas medis itu, lanjut dia, adalah warga negara asing yang bertugas didampingi seorang penerjemah wanita. LS lantas menyampaikan keinginannya untuk melakukan USG penyakit kista. Ia hanya memilih langkah medis itu lantaran saat itu tidak memiliki cukup uang.
"Aku kebetulan waktu itu enggak bawa uang banyak. Aku bilang sama penerjemahnya cuma minta untuk USG saja. Cuma yang kepala rumah sakit itu marah-marah pakai bahasa yang aku enggak ngerti, terus sambil mukul meja gitu," kata LS kepada Kompas.com, di depan klinik tersebut, Kamis (18/9/2014).
LS sempat kaget dengan sikap petinggi klinik itu. Namun, penerjemah wanita lalu merangkul LS dan membawanya menjauh.
"Yang penerjemahnya mungkin ngerti. Terus bilang, Mbak ya udah ikut aku saja yuk. Terus aku disuruh pulang aja," ujar LS.
Menurut LS, kejadian ini terjadi karena ia hanya meminta untuk cek USG. Sebab, menurut dia, pihak klinik seolah ingin agar dirinya melanjutkan pengobatan dengan terapi. Ia memang datang ke klinik itu dengan tujuan mengecek kista yang sudah diketahuinya dari pemeriksaan di rumah sakit lain.
"Pokoknya kayak disuruh ikut terapi gitu. Padahal, saya cuma mau USG saja," ujar LS.
Ia mengatakan tertarik berobat di klinik itu dari brosur yang disebar di lingkungan rumahnya. Pada brosur, LS melihat biaya USG hanya Rp 50.000. "Tapi memang di sini USG-nya itu bagus," ujar wanita yang tinggal di Pademangan, Jakarta Utara, ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.