Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Saya Cuma Mau USG, Kepala Klinik Metropole Marah-marah Sambil Mukul Meja"

Kompas.com - 18/09/2014, 11:51 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com  Salah seorang pasien Klinik Metropole berinisial LS (38) punya pengalaman tidak menyenangkan ketika berobat di klinik yang berlokasi di Jalan Pintu Besar Selatan, Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, tersebut. LS mengaku pernah dibentak dan merasa diusir hanya karena tidak melanjutkan terapi pengobatan yang dianjurkan oleh pihak klinik.

Ceritanya, sekitar 5 bulan lalu, LS mendatangi klinik itu untuk kembali mengecek USG penyakit kista yang dialaminya. Kala itu merupakan kali ketiga LS datang berobat di Klinik Metropole.

LS mendatangi klinik dan bertemu dengan petugas medis yang juga disebut sebagai kepala klinik tersebut. Petugas medis itu, lanjut dia, adalah warga negara asing yang bertugas didampingi seorang penerjemah wanita. LS lantas menyampaikan keinginannya untuk melakukan USG penyakit kista. Ia hanya memilih langkah medis itu lantaran saat itu tidak memiliki cukup uang.

"Aku kebetulan waktu itu enggak bawa uang banyak. Aku bilang sama penerjemahnya cuma minta untuk USG saja. Cuma yang kepala rumah sakit itu marah-marah pakai bahasa yang aku enggak ngerti, terus sambil mukul meja gitu," kata LS kepada Kompas.com, di depan klinik tersebut, Kamis (18/9/2014).

LS sempat kaget dengan sikap petinggi klinik itu. Namun, penerjemah wanita lalu merangkul LS dan membawanya menjauh.

"Yang penerjemahnya mungkin ngerti. Terus bilang, Mbak ya udah ikut aku saja yuk. Terus aku disuruh pulang aja," ujar LS.

Menurut LS, kejadian ini terjadi karena ia hanya meminta untuk cek USG. Sebab, menurut dia, pihak klinik seolah ingin agar dirinya melanjutkan pengobatan dengan terapi. Ia memang datang ke klinik itu dengan tujuan mengecek kista yang sudah diketahuinya dari pemeriksaan di rumah sakit lain.

"Pokoknya kayak disuruh ikut terapi gitu. Padahal, saya cuma mau USG saja," ujar LS.

Ia mengatakan tertarik berobat di klinik itu dari brosur yang disebar di lingkungan rumahnya. Pada brosur, LS melihat biaya USG hanya Rp 50.000. "Tapi memang di sini USG-nya itu bagus," ujar wanita yang tinggal di Pademangan, Jakarta Utara, ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com