Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Mobil Pelat B Dilarang ke Bogor

Kompas.com - 18/09/2014, 14:47 WIB

BOGOR, KOMPAS.com - Wacana larangan kendaraan bermotor berpelat B masuk ke Kota Bogor saat akhir pekan mendapat tanggapan sekaligus kecaman yang amat meriah di media jejaring sosial Twitter dan Facebook, Rabu (17/9).

Gara-gara wacana itu, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, sebelum keberangkatannya ke Arab Saudi untuk ibadah haji, jadi agak kewalahan mengklarifikasi lewat kicauan di akun Twitter. ”Bukan Plat B dilarang masuk Bogor, tapi ke depan transportasi publik dibenahi agar nyaman bagi tamu Kota,” katanya dalam @BimaAryaS.

Masih gara-gara wacana itu, diskusi komunitas di dunia maya pun menjadi liar. Wacana larangan mobil pelat B masuk Kota Bogor dinilai sebagai blunder Pemerintah Kota Bogor jika diwujudkan.

Tanggapan masyarakat di dunia maya dan yang ditemui pada Rabu pun beragam, bernas, lantang, bahkan menggelitik. Misalnya, yang mendukung mengatakan, larangan itu untuk memberi pelajaran pelancong yang doyan memakai mobil pelat B. Padahal, mungkin hampir separuh dari 350.000 kendaraan yang tercatat di Kota Bogor adalah pelat B. Yang menolak, misalnya, bilang, mobil pelat B dilarang masuk Kota Bogor perlu dibalas dengan larangan air Ciliwung masuk Jakarta. Nah, lho.

Sebenarnya, wacana itu terkait pemikiran Bima yang melihat betapa macetnya Kota Bogor saat akhir pekan dan libur hari raya. Tebersit pemikiran bagaimana jika wisatawan tidak perlu membawa kendaraan pribadi, tetapi tetap bisa masuk Kota Bogor. Nah, kendaraan itu cukup diparkir dengan biaya amat tinggi di pinggir ”Kota Hujan” di wilayah Kabupaten Bogor. Untuk masuk Kota Bogor, wisatawan dapat memakai angkutan umum.

Wakil Wali Kota Bogor Usmar Hariman mengatakan, ide itu bisa diwujudkan jika ketersediaan angkutan umum sudah mantap.

Memang, saat libur, kendaraan yang lalu lalang dan dinilai bikin macet Kota Bogor sebagian besar berpelat B. Padahal, harus diteliti lebih jauh apakah itu kendaraan milik warga Bogor atau bukan.

Separuh dari populasi Kota Bogor yang 1 juta jiwa adalah komuter atau bekerja di Jadetabek, tetapi tinggal di Bogor. Sudah jadi kelaziman bahwa mobil orang Bogor tidak sekadar berpelat F, tetapi juga berpelat B (Jakarta).

Nah, melarang masuknya mobil pelat B ke Kota Bogor sama saja dengan melarang wisatawan datang. Saat libur, Kota Bogor didatangi sekitar 100.000 wisatawan. Lebih dari 50.000 orang datang naik angkutan umum (kereta rel listrik, bus, taksi, atau minibus). Jumlah yang hampir sama, wisatawan menggunakan kendaraan pribadi.

Pengamat transportasi dari Universitas Indonesia, Alvinsyah, mengatakan, pembelokan wacana seperti larangan mobil pelat B masuk Kota Bogor, jika dilihat dari sisi positif adalah membangkitkan kesadaran masyarakat bahwa kemacetan di Jabodetabek sudah amat parah.

Untuk mengatasinya, pemerintah harus segera menggenjot pengadaan angkutan umum. Program yang ada harus segera diwujudkan. Misalnya, penataan kembali trayek, perubahan status kepemilikan kendaraan umum, sertifikasi sopir angkutan kota, penambahan bus, dan pembatasan kendaraan melewati jalan tertentu. ”Kan, katanya, kemacetan itu berawal dari kemudahan manusia berkendara. Dengan demikian, kemudahan harus dicegah. Bagaimana jika di seluruh wilayah Kota Bogor tidak ada lahan parkir kendaraan pribadi,” katanya.

Ketiadaan lahan parkir akan memaksa orang untuk memakai angkutan umum. Nah, saat itulah, angkutan umum yang dioperasikan harus nyaman, aman, mudah, murah, rutin, tepat waktu, dan andal. (Ambrosius Harto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com