Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"E-Ticketing" KRL, Masuk dengan Tangan Kiri, Keluar dengan Tangan Kanan

Kompas.com - 20/09/2014, 17:22 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Selama sekitar setahun penerapan tiket elektronik pada layanan kereta rel listrik (KRL), belum banyak penumpang yang tahu seputar aturan tapping dengan menggunakan tangan kiri saat akan masuk stasiun, dan tapping dengan menggunakan tangan kanan saat akan keluar.

Akibatnya, terkadang masih ada saja penumpang yang salah saat melakukan tapping. Menurut pengalaman sejumlah penumpang KRL, salah tapping biasanya terjadi di pintu masuk. Saat posisi tergesa-gesa, seringkali untuk mengejar kereta, biasanya penumpang lupa kalau masuk stasiun harus tapping dengan menggunakan tangan kiri.

"Iya, gue pernah ngalamin yang kayak gitu. Pas tapping masuk, eh penghalang besinya enggak kebuka. Yang kebuka malah yang gate di sebelahnya. Terus petugasnya ngingetin kalau masuk harus pakai tangan kiri," kata Erna (28), salah seorang penumpang KRL.

Hal yang sama juga sempat dialami Budi (32). Ia bahkan mengaku sempat beberapa kali mengalami salah tapping saat di pintu masuk. Budi menilai, sebenarnya tak ada yang salah dengan tapping menggunakan tangan kiri. Namun, dia menganggap hal itu tak sesuai dengan kebiasaan banyak orang yang memang lebih banyak mengaktifkan tangan kanan ketimbang tangan kiri.

"Harusnya sih ngikutin kebiasaan orang banyak. Orang yang pengguna tangan kanan kan lebih banyak ketimbang orang kidal (pengguna tangan kiri)," ujar dia.

Sependapat dengan Budi, penumpang KRL lainnya, Yoga (36), juga menilai seharusnya tapping pada KRL diseragamkan dengan menggunakan tangan kanan, baik saat akan masuk maupun keluar. Terlebih lagi, lanjut dia, layanan transportasi publik yang juga telah menggunakan tiket elektronik, yakni transjakarta, tapping masuknya menggunakan tangan kanan.

"Kan ribet ya, sebelumnya di halte transjakarta udah kebiasaan pakai tangan kanan. Eh, pas di stasiun harus ganti pakai tangan kiri," keluhnya.

Mengapa berbeda?

Manajer Komunikasi PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) Eva Chairunisa menjelaskan bahwa penyebab cara tapping yang berbeda saat akan masuk atau keluar stasiun disebabkan setiap satu unit gate elektronik diatur agar multi-fungsi, yakni dapat digunakan sebagai pintu masuk sekaligus pintu keluar.

"Pintunya diset agar bisa In dan Out sekaligus. Jadi kalau pun kita atur tapping masuknya tangan kanan, ya nanti keluarnya yang harus tangan kiri," ujar Eva, Sabtu (20/9/2014).

Menurut Eva, penyeragaman cara tapping bisa saja dilakukan, yakni dengan cara memisahkan gate khusus untuk masuk, dan gate khusus untuk keluar.

"Gate in dan gate out-nya harus beda perangkat," ujar Eva.

Perilaku masyarakat

Sementara itu, Direktur Institute Transportation for Development Policy (ITDP) Indonesia, Yoga Adiwinarto menilai bahwa saat ini pelayanan KRL memang kurang mengakomodir aspek perilaku masyarakat. Akibatnya, pergerakan orang di stasiun saat akan masuk maupun keluar menjadi terhambat.

"Kalau ada ratusan orang yang bergerak bersamaan, dan mereka masih disibukkan dengan persolalan 'tangan kanan atau tangan kiri', itu yang sebenarnya memperlambat pergerakan orang," kata Yoga.

Yoga lalu membandingkannya dengan layanan kereta perkotaan yang ada di Jepang. Di negara matahari terbit itu, kata dia, sistem tiket elektroniknya sangat mengakomodir aspek perilaku masyarakat.

"Di sana, teknologi e-ticketingnya benar-benar dipikirkan bagaimana membuat orang bisa cepat, dan enggak perlu lagi mikirin 'tangan kanan atau kiri'. Jadi kalau kanan ya kanan terus, kiri ya kiri terus," ungkap Yoga.

Oleh karena itu, Yoga menilai sudah seharusnya PT KCJ menyeragamkan cara tapping. Karena ia menilai hal itu merupakan salah satu cara untuk menciptakan kenyamanan untuk para penumpang.

"Jangan sampai teknologi memaksa behaviour masyarakat untuk menyesuaikan. Karena teknologi kan diciptakan untuk membantu masyatakat. Jadi seharusnya teknologi yang menyesuaikan behaviour masyarakat," tukasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com