Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Janji untuk Ragunan pada Usianya yang Ke-150 (2)

Kompas.com - 20/09/2014, 17:59 WIB
Jessi Carina

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Satu setengah abad yang lalu, seorang pelukis tersohor di Indonesia berbaik hati menyumbangkan lahannya di Jalan Cikini Raya seluas 10 hektar untuk tempat peragaan satwa. Empat tahun setelah merdeka, Cikini dianggap tidak cocok lagi untuk menampung satwa-satwa.

Sejak saat itu, mulailah dibangun Badan Persiapan Pelaksanaan Pembangunan Kebun Binatang. Tujuannya, untuk memindahkan kebun binatang di Cikini ke Ragunan, Pasar Minggu. Sementara itu, Taman Margasatwa Ragunan sebenarnya sudah diresmikan pada tanggal 19 September 1864 dengan nama "Planten en Direntuin".

Kini, di taman seluas 140 hektar itu hidup sekitar 2.000 ekor satwa dari 200 spesies dan 19.000 lebih jenis tumbuhan (baca selengkapnya: Wajah Ragunan pada Usianya yang Ke-150 (1).

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah berkomitmen untuk lebih memperhatikan Taman Margasatwa Ragunan, baik kesejahteraan seluruh satwa dan juga pekerja atau karyawan disana. Seperti saat ini, Pemprov DKI melakukan peningkatan golongan eselon menjadi eselon 2 terhadap 1 orang PNS di Taman Margasatwa Ragunan dan juga menaikkan jabatan sejumlah kepala dinas.

"Ini adalah bentuk apresiasi bagi kawan-kawan yang sudah berkarya di Ragunan," ujar Syaefullah.

Syaefullah mengatakan, saat ini, Taman Margasatwa Ragunan sudah berada di bawah Badan Pelayanan Daerah. Peluang untuk mendapat anggaran yang lebih banyak lagi menjadi besar. Selain itu, Pemprov DKI juga akan mengupayakan kepada pihak DPRD demi mendapatkan anggaran itu.

Saat ini, Taman Margasatwa Ragunan secara rutin mendapat subsidi sebesar Rp 70 miliar per tahun dari Pemprov DKI. Dengan jumlah ini, Taman Margasatwa Ragunan mampu menetapkan harga tiket masuk yang terhitung murah, yaitu Rp 4.500 untuk orang dewasa dan Rp 3.500 untuk anak-anak.

"Tiket masuk Ragunan adalah yang paling murah di seluruh dunia," ujar Saefullah.

Perbaiki kandang dan tambah koleksi

Walau sudah berusia satu setengah abad, Taman Margasatwa Ragunan tetap memerlukan perbaikan-perbaikan. Kepala Taman Margasatwa Ragunan, Marsiwity Gumay, mengatakan, masih banyak rencana-rencana yang ingin dilakukannya demi perkembangan Ragunan.

"Saya ingin ada perbaikan kandang," ujar wanita yang akrab disapa Wiwid ini.

Menurut Wiwid, kandang-kandang satwa di Ragunan ini sempat diakui sebagai yang paling bagus awalnya. Namun, sekarang sudah ketinggalan jaman. Wiwid ingin memperbaiki kandang agar para satwa yang tinggal di dalamnya juga nyaman.

Selain itu, Wiwid juga ingin menambah koleksi satwa di Ragunan. Namun, bukan memperbanyak populasi. Artinya, dia ingin satwa di Ragunan semakin kaya spesies. Bukan berjumlah banyak tapi dengan spesies yang itu-itu saja.

"Karena kita kan bukan beternak," ujarnya.

Jika ada salah satu jenis hewan yang berjumlah banyak di Ragunan, Wiwid ingin menukarnya dengan kebun binatang lain agar mendapat koleksi hewan berbeda.

Ada rencana lain yang sedang dipertimbangkan oleh Wiwid sebagai pimpinan. Dia mau Taman Margasatwa Ragunan memiliki program seperti "Safari Night". Dia berharap program itu akan segera terwujud.

"Intinya, kesejahteraan satwa harus yang paling utama di Taman Margasatwa Ragunan," pungkas Wiwid.

Semoga tambah "awet muda", Ragunan...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com