Penyakit itu baru dideritanya sekitar tiga pekan lalu. Akibat penyakit yang dideritanya, Hadi sudah kesulitan untuk berbicara. Tangan dan kaki sebelah kirinya sudah sulit untuk digerakkan sehingga ia sulit berdiri serta berjalan. [Baca: Cerita Hadi, Penjaga Makam yang Diberangkatkan Umrah oleh Ahok]
Ia juga terkadang sulit mengingat sesuatu. Beruntung, istrinya, Marni (29), setia berada di sisi Hadi dan membantu terapi penyembuhan.
"Bapak sempat dirawat di RSUD Cengkareng delapan hari. Alhamdulillah sekarang sudah bisa pulang. Kami minta terapi penyembuhan belajar berjalan di rumah saja. Sebenarnya ditawarkan pihak rumah sakit terapi di sana, tetapi mau bagaimana, ekonomi kami terbatas," kata Marni, kepada Kompas.com, di pelataran Makam Wijaya Kusuma, Jalan Pangeran Tubagus Angke, Jakarta Barat, Sabtu (27/9/2014).
Marni bercerita, selama dirawat di rumah sakit, Hadi mendapat pelayanan yang baik dari RSUD Cengkareng. Pengurus RT juga telah memberikan Hadi dan keluarga jaminan kesehatan, berupa Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan BPJS Kesehatan.
Marni bersyukur, dengan menggunakan BPJS Kesehatan, ia tidak perlu mengeluarkan biaya perawatan rumah sakit. Ia hanya mengeluarkan uang sebesar Rp 6.000 untuk menebus obat darah tinggi bagi sang suami.
Pihak rumah sakit juga memberikan sebuah buku menu makanan bagi Hadi. Sang dokter yang merawat Hadi mengimbau agar Hadi diterapi rutin di rumah sakit, tiga kali dalam satu pekan.
"Tetapi, untuk ke rumah sakit, biaya transportasi untuk naik taksi butuh Rp 80.000. karena kondisi bapak seperti ini, jadi lebih baik naik taksi. Itu saja sudah susah karena uangnya kan juga disisihkan untuk makan anak di rumah," kata Marni yang juga membuka lapak asongan di Makam Wijaya Kusuma itu.
Jerih payah Hadi selama puluhan tahun menjaga makam pahlawan Jakarta itu dihargai oleh Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Barat Rp 1.000.000 tiap bulannya. Jumlah itu meningkat setelah Basuki berziarah pada medio Juni 2013 lalu.
Sebelumnya, Hadi hanya mendapat upah Rp 750.000 tiap bulannya dan dibayar tiap triwulan. Terkadang, karena sistem administrasi keuangan Pemprov DKI yang masih buruk, dalam waktu tiga bulan itu, upah Hadi belum turun.
Apabila peziarah makam sedang ramai, misalnya saat malam Jumat atau jelang Lebaran, Hadi mendapat santunan dari para peziarah. Meski hidup sederhana, Hadi tetap berusaha mampu untuk membiayai sekolah anak-anaknya.
Dua anak dari istrinya yang telah meninggal dunia, yakni Mulyani (18) dan Agung Wijaya (8), kini masih menuntut ilmu. Sementara anaknya yang ketiga bersama Marni, Muhamad Rizky Wijaya (3), dititipkan kepada sang nenek di Sukabumi, Jawa Barat.
"Biar beban bapak semakin ringan saja, jadi (anak) ketiga dititip ke nenek. Karena sekarang saya juga lagi mengandung anak Bapak (Hadi) 2 bulan. Jadi, kasihan sama bapak, sudah sedang sakit nanti tambah anak lagi. Tetapi, anak itu rezeki dari Allah, kita bertawakal saja," kata Marni.
Selama Hadi dirawat di RSUD Cengkareng, Hadi tak pernah lupa dengan Basuki yang telah memberangkatkannya umrah. Saat Basuki berziarah ke Makam Wijaya Kusuma lalu, Basuki sempat memberikan kartu nama kepada Hadi.
Berbekal kartu nama itu, Hadi pun mencoba mengirim pesan singkat ke salah satu nomor telepon genggam Basuki dan mengabarkan keadaannya yang sedang dirawat di rumah sakit.
"Enggak sangka, ternyata SMS-nya dibalas Pak Ahok. Dibalasnya, 'terima kasih informasinya, semoga cepat sembuh'. Saya juga tidak tahu itu SMS-nya dari Pak Ahok atau asistennya yang membalas. Yang penting, bapak bisa senang dan tersenyum lagi," kata Marni sambil menatap sang suami yang berada di sisinya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.