Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asyik Bermesraan di Taman, Mahasiswi Digerebek Petugas

Kompas.com - 02/10/2014, 10:49 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Perempuan bertubuh kecil dan langsing dengan rambutnya yang lurus panjang melewati bahu tampak duduk di bangku panjang di Taman Cattleya, Slipi, Jakarta Barat, Jumat (26/9/2014) malam lalu. Di sampingnya, duduk se­orang pria berkulit putih bertampang polos dengan hidung mancung berbentuk "betet".

Sang gadis yang belakangan diketahui berinisial DA ini masih kuliah di sebuah kampus swasta di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat, sedangkan pacarnya, SW, kuliah di sebuah universitas swasta dekat Gandaria City, Jakarta Selatan. Mereka baru pacaran tiga bulan lalu.

DA dan SW memilih duduk di bangku pojokan taman. Sialnya, ketika tengah bermesraan, mereka ditangkap petugas keamanan taman.

Koordinator Lapangan Keamanan Taman Cattleya, Rayes Manalu, mengaku memergoki mereka. DA dan SW ketahuan berada di sisi barat Taman Cattleya. Di situ, lokasinya gelap. Beberapa lampu taman tak maksimal menyala lantaran tertutup rerimbunan pohon.

Saking asyiknya DA dan SW berpacaran, tak sadar Rayes Manalu sudah ada di belakang mereka. Melihat hal itu, Rayes menegur. Keduanya digelandang ke pos keamanan.

Kepala Seksi Penertiban Dinas Pertamanan DKI Jakarta Salim mengatakan, setiap pengunjung taman yang tertangkap sedang bermesraan harus ditertibkan dan bisa diselesaikan dengan sepengetahuan orangtuanya. Namun, SW mengaku ibu dan ayahnya sedang berada di luar kota. Dia juga mengaku tak punya kakak.

Sementara itu, DA mengaku ibu dan ayahnya tinggal di Bantul, Yogyakarta. Namun, dia tinggal bersama kakaknya. Akhirnya, Salim meminta sang kakak datang. DA sendiri yang meneleponnya. "Saya khilaf, Pak. Habisnya gelap, sih. Jadi tergoda," kata SW kepada Salim.

Sekitar setengah jam kemudian, kakak DA datang dengan mengenakan sepeda motor. Ia berjalan ke pos keamanan dengan tergopoh-gopoh. Dia mengaku baru sampai kontrakan saat DA menelepon meminta kakaknya menjemputnya. "Ini adik bungsu saya," kata kakak DA, yang bekerja di sebuah perusahaan swasta.

Salim pun menjelaskan kepada kakak DA alasan dia dipanggil. Setelah menerima penjelasan, wajah kakak DA berubah tegang lalu meminta maaf. Sementara itu, DA tertunduk malu, lalu menangis. Kakaknya memeluk dia.

Saat kakak DA datang, surat pernyataan sudah selesai dibuat. SW dan DA menulis pernyataan bahwa mereka tidak akan lagi mengulangi perbuatannya. Salim meminta DA membacakan itu. Kemudian, semuanya diminta menandatanganinya.

Sebelum diperbolehkan pulang, Salim bicara panjang lebar. Dia meminta kakaknya memperhatikan sang adik. Dia juga meminta penjelasan apakah kakak DA kenal dengan SW. Ternyata, mereka saling kenal. Selama berpacaran, SW sudah sering datang ke tempat DA. (Theo Yonathan Simon Laturiuw)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudah 1,5 Tahun Kompolnas dan Polisi Belum 'Update' Kasus Kematian Akseyna

Sudah 1,5 Tahun Kompolnas dan Polisi Belum "Update" Kasus Kematian Akseyna

Megapolitan
Ucap Syukur Nelayan Kamal Muara kala Rumahnya Direnovasi Pemprov DKI

Ucap Syukur Nelayan Kamal Muara kala Rumahnya Direnovasi Pemprov DKI

Megapolitan
Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Megapolitan
Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Megapolitan
Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Megapolitan
Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Megapolitan
Singgung 'Legal Standing' MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Singgung "Legal Standing" MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Megapolitan
Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Megapolitan
Belum Tahan Firli Bahuri, Kapolda Metro Terapkan Prinsip Kehati-hatian

Belum Tahan Firli Bahuri, Kapolda Metro Terapkan Prinsip Kehati-hatian

Megapolitan
Dishub DKI Jaga Trotoar di Jakpus yang Dimanfaatkan Sekelompok Orang Tarik Bayaran Pengendara Motor

Dishub DKI Jaga Trotoar di Jakpus yang Dimanfaatkan Sekelompok Orang Tarik Bayaran Pengendara Motor

Megapolitan
Oknum Anggota TNI Pengeroyok Warga Sipil di Depan Polres Jakpus Bukan Personel Kodam Jaya

Oknum Anggota TNI Pengeroyok Warga Sipil di Depan Polres Jakpus Bukan Personel Kodam Jaya

Megapolitan
Polisi: Sopir Truk Ugal-ugalan di GT Halim Bicara Melantur

Polisi: Sopir Truk Ugal-ugalan di GT Halim Bicara Melantur

Megapolitan
Kronologi 4 Warga Sipil Dianiaya Oknum TNI di Depan Mapolres Jakpus, Bermula Pemalakan Ibu Tentara

Kronologi 4 Warga Sipil Dianiaya Oknum TNI di Depan Mapolres Jakpus, Bermula Pemalakan Ibu Tentara

Megapolitan
Polisi Amankan 4 Remaja yang Bawa Senjata Tajam Sambil Bonceng 4 di Bogor

Polisi Amankan 4 Remaja yang Bawa Senjata Tajam Sambil Bonceng 4 di Bogor

Megapolitan
Wacana Sekolah Gratis, Emak-emak di Pasar Minggu Khawatir KJP Dihapus

Wacana Sekolah Gratis, Emak-emak di Pasar Minggu Khawatir KJP Dihapus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com