"Banyak juga kok yang mau kasih duduk ke orang tua atau ibu hamil," kata Tri kepada Kompas.com, Senin (6/10/2014) di Jakarta. Menurut dia, keluhan seringkali terdengar lantaran kecenderungan orang yang selalu mengomentari hal-hal buruk, misalnya di media sosial. Sementara bila kondisi KRL baik, tidak banyak orang yang melaporkannya. [Baca: Penumpang Pria dan Wanita di KRL Commuter Line Sama Egoistisnya]
"Sekarang coba, mana orang melaporkan kalau AC-nya dingin, duduknya nyaman saat naik KRL? Mungkin ada, tetapi lebih banyak orang yang mengeluh desak-desakan, AC panas, dan tidak dapat duduk," ucap Tri. [Baca: KRL Sering Terlambat, Ini Penjelasan Dirut KCJ]
Kendati demikian, Tri mengaku perlu adanya perbaikan kualitas perjalanan commuter line guna meminimalisasi keluhan-keluhan penggunanya. Perbaikan sarana, misalnya sistem pendinginan, pengereman, pencahayaan, dan lain-lain.
Serta, tak ketinggalan sistem pengawasan, termasuk petugas yang bertugas berjaga di setiap gerbong. "Petugas kan bisa menegur bila ada penumpang yang tidak memberi duduk (ke orang yang lebih butuh), misalnya, sehingga penumpang bisa lebih pengertian," kata dia.
Tri menekankan pada pentingnya pembelajaran baik bagi penumpang maupun petugas. "Saya kira ini proses ya, penumpang perlu belajar, petugasnya juga. Supaya perjalanan KRL makin baik lagi," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.