Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kali Kotor dan Berbau Pun Menjadi Pemandangan Biasa

Kompas.com - 29/10/2014, 15:10 WIB
Adysta Pravitra Restu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kondisi kali yang berada di ujung Jalan Perintis Kemerdekaan mengarah ke Jalan A Yani Jakarta Timur, terlihat tak mengalir sempurna. Warna gelap tak sebening kali pada umumnya tampak jelas di lokasi itu.

Air tampak mengental karena bersatu dengan lumut yang terangkat dari dasar kali itu. Bukan hanya itu, permukaan kali pun penuh sampah. Tumpukan sampah meluas dari pinggir Jalan Perintis Kemerdekaan hingga ujung jembatan menuju Jalan Pulomas. Bau tak sedap pun menyeruak dari situ.

Pemandangan kotor dan bau tak sedap itu muncul di sekitar Waduk Ria Rio. Padahal di jalan tidak jauh dari situ adalah tempat bus antarkota menaikkan dan menurunkan penumpang.

Salah seorang penjual minuman, Padin mengungkapkan kondisi bau dan penuh sampah memang kerap terjadi di kawasan Ria Rio. Warga sekitar pun sudah terbiasa sehingga tidak lagi peduli.

"Sudah biasa saya jualan di sini. Yang lain juga, ya biasa. Di sini lahan rezeki kita, mau gimana lagi," ucap Padin sambil menjualkan dagangan ke penumpang bus, Rabu (29/10/2014).

Padin mengatakan, bila curah hujan cukup deras, air kali itu akan meluap hingga Jalan A Yani. Meskipun begitu, banjir ini menjadi makanannya yang sudah 4 tahun berada di sekitar lokasi itu.

Padin mengaku tidak pernah membuang sampah di situ. Begitu juga dengan teman-temannya. "Kita yang jualan enggak kok. Mereka (penumpang bus) atau yang jalan kaki, kan banyakan yang jalan kaki," kata dia.

Tukang ojek di Pulomas, HR mengatakan hal berbeda. Menurut dia, penjual minuman dan pejalan kaki memang kerap membuang sampah di kali itu.

"Mungkin karena lihat udah ada sampah ya tinggal buang lagi di situ sama aja, gitu kali ya," kata dia.

Dia juga tak mengetahui pasti apakah jadwal pemerintah dalam mengeruk sampah secara berkala atau tidak. Yang pasti, tambah dia, ia pernah melihat kerja pengerukan sampah. Namun, itu bukan dilakukan secara rutin.

Sementara itu, pejalan kaki, Damia (30) mengatakan, dia tidak suka berlama-lama di tempat itu karena bau tidak sedap itu. Meski ada taman pinggir jalan yang cukup terawat, kata Damia, bau seolah menghilangkan ruang terbuka hijau itu.

"Patut disayangkan itu ada taman kecil tapi jadi bau gara-gara kalinya jorok," ucap dia yang akan menaiki bus transjakarta siang ini.

Damia mengatakan, setiap hari ia memulai aktivitas menuju kantor dengan melewati jalan itu. Ia pun selalu menutup hidungnya saat melintas di atas trotoar kiri Jalan A Yani itu.

Sepengetahuannya, belum pernah ada pengerukan di kali itu yang mengangkut sampah dan mengaliri air dengan baik.

"Saya cuma minta pemkot atau camat sini deh tahu ini harus dibersihkan setiap hari kalau perlu. Pencemarannya itu bisa bikin orang sakit, jadi tolong dibenahi (kali) ini," harap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Megapolitan
Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Megapolitan
Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Megapolitan
Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com