Ada 40 anggota, antara lain keluarga Nurcholis sendiri, yang aktif tergabung dalam komunitas itu. "Saya ini hidup sudah cukup. Sekarang apa pun yang saya butuhkan ada. Di depan saya ini ada banyak orang. Kalau bisa, orang-orang itu hidupnya sama kayak saya," kata Nurcholis mengungkapkan alasan di balik pendirian komunitas itu pada pertengahan 2013 di Kukusan, Beji, Depok.
Salah satu kegiatan yang dilakukan komunitas itu adalah menanam padi di dalam ember. Ember-ember berisi padi tersebut diletakkan di atap bangunan dua lantai milik komunitas tersebut.
Kelak, Nurcholis ingin masyarakat meniru tindakannya, yaitu memanfaatkan ruang kosong untuk ember-ember yang ditanami padi.
"Ada sekitar 300-an ember ini. Sampai sekarang sudah tiga kali panen," kata Endang, kakak ipar Nurcholis yang juga anggota komunitas, saat menemani Kompas.com menilik padi-padi dalam ember itu.
Menurut Endang, hasil panen padi-padi itu masih menjadi konsumsi bersama komunitas. Mereka membutuhkan waktu enam bulan untuk sekali panen. Perawatan padi-padi itu pun sama dengan perawatan padi di sawah pada umumnya. Penyiraman tidak boleh absen apalagi saat cuaca panas.
"Yang paling penting embernya enggak boleh bocor karena padi kan tanaman basah ya. Harus terus disirami," kata Endang yang tiap akhir pekan menghabiskan waktunya bersama padi-padi itu.
Para anggota komunitas bentukan Nurcholis ini juga menanam sayur-sayuran, seperti kangkung dan bawang. Mereka beternak ikan mas dalam kolam-kolam kecil yang mengelilingi rumah komunitas. Segala aktivitas komunitas dilakukan di atas lahan seluas seribu meter persegi.
Selain rumah komunitas dan lahan untuk bercocok tanam, lahan itu juga memuat gudang barang bekas dan lapangan untuk aktivitas pengembangan diri komunitas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.