Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BNPB Pakai Skenario Terburuk untuk Antisipasi Banjir DKI

Kompas.com - 18/11/2014, 16:54 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersiap memakai skenario terburuk untuk mengantisipasi banjir di DKI Jakarta. Banjir diperkirakan bakal mulai sambangi Ibu Kota dan sekitarnya pada pekan ketiga November 2014 hingga awal 2015.

"Skenarionya harus paling buruk karena kita tidak akan tahu seperti apa banjir nantinya. Salah satu yang bisa dijadikan rujukan terburuk itu banjir Jakarta pada 2007," kata Deputi Penanganan Darurat BNPB Tri Budiarto di kantornya, Jakarta, Selasa (18/11/2014).

Tri mengatakan, skenario terburuk itu diantisipasi dengan berbagai upaya penanggulangan bencana banjir yang sering datang di pergantian tahun atau saat curah hujan tergolong tinggi. "Perencanaan penanganan banjir terburuk itu adalah rencana A. (Adapun) rencana B tergolong sedang-sedang saja dan (rencana) C adalah enteng," kata dia.

Menurut Tri, dengan skenario terburuk, itu akan memicu BNPB, instansi terkait, dan masyarakat untuk lebih siap menanggulangi banjir. "Apabila skenario terburuk sudah disiapkan, tentu bencana banjir yang sedang atau ringan akan mudah ditangani. Sebaliknya, jika kita pakai skenario biasa, malah bisa-bisa kita tidak bisa menangani banjir yang besar," ujar dia.

Perencanaan kontijensi terburuk, kata Tri, akan membuat semua pihak sadar dan berupaya sepenuh kekuatan untuk mempersiapkan diri menanggulangi banjir. Kontijensi merupakan istilah tentang keadaan yang masih diliputi ketidakpastian mengenai kemungkinan terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa pada masa yang akan datang.

"Skenario terburuk yang tertuang dalam kontigensi plan seperti ini akan membuat semua menjadi bersungguh-sungguh untuk persiapan. Kalau Tuhan tidak memberi banjir itu justru kita bersyukur. Intinya, kita semua siap siaga jangan sampai salah dan terlambat dalam mengantisipasi banjir," ulang Tri.

Berdasarkan perkiraan BNPB, banjir di sejumlah daerah akan mulai terjadi seiring meningkatnya curah hujan di berbagai tempat di Indonesia pada pekan ketiga bulan November 2014. Sementara itu, puncak dari berbagai akibat banjir itu akan terjadi pada awal pekan ketiga bulan Januari 2015.

Dari skenario terburuk yang dimaksud itu seperti di Jakarta dengan banjir yang mengancam 37 kecamatan, 125 kelurahan dan 634 rukun warga. Sementara itu, jumlah penduduk yang terdampak diperkirakan mencapai 276.999 jiwa. Terdapat setidaknya 20 orang yang terancam nyawanya, jumlah penduduk sakit 19.304 Jiwa, mengungsi 122.417 jiwa.

"Ketinggian muka air di pos pemantauan Katulampa dan Depok (untuk Sungai Ciliwung) serta pintu air yang masuk ke Jakarta mencapai Siaga I, pos pantau ketinggian air di pintu air beberapa hulu sungai lainnya Angke, Pesanggrahan, Krukut, Cipinang, Sunter Hulu juga diasumsikan mengalami peningkatan tinggi muka air status Siaga II," lanjut Tri soal skenario terburuk itu.

Ditambah lagi, papar Tri, kemungkinan tinggi muka air laut di pos Pasar Ikan mencapai 200-250 sentimeter (Siaga II), curah hujan 100 milimeter sampai 200 milimeter per hari di DKI Jakarta. Dengan semua kemungkinan dalam skenario terburuk tersebut, ujar dia, BNPB dan instansi terkait sudah membuat ancang-ancang penanganan bencana dalam kategori Siaga Darurat dan Tanggap Darurat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com