Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompensasi Subsidi BBM Idealnya untuk Perbaiki Angkutan Publik

Kompas.com - 19/11/2014, 14:15 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Sejumlah pengusaha angkutan menuntut kompensasi atas kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi. Tanpa campur tangan pemerintah, angkutan umum bakal kesulitan mengimbangi kenaikan biaya operasional dan semakin ditinggalkan penumpang.

Kepala Operasi Koperasi Wahana Kalpika (KWK) Jakarta Utara Farid Effendi dan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Gemilang Tarigan, Selasa (18/11), mengatakan, kompensasi bisa diberikan, antara lain, dalam bentuk keringanan biaya uji kendaraan, bantuan peremajaan, dan subsidi harga onderdil.

Menurut Farid, pengusaha angkutan umum tak bisa serta- merta menaikkan tarif karena kini harus bersaing dengan sepeda motor. Selama ini target setoran sering tak tercapai, sementara ongkos operasional naik seiring naiknya harga bahan bakar minyak (BBM).

Gemilang menambahkan, khusus angkutan barang, pengusaha berharap pemerintah mengalokasikan subsidi untuk memperbaiki infrastruktur jalan dan mengatasi kemacetan. ”Tanpa jalan rusak dan macet saja kami sudah akan terbantu karena perjalanan jadi lebih efektif,” ujarnya.

Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Tory Damantoro, mengatakan, subsidi BBM idealnya dialokasikan untuk membangun transportasi publik. Anggaran bisa disalurkan, antara lain, untuk meremajakan kendaraan tua, mengintegrasikan moda, dan memperbaiki layanan.

Perbaikan layanan yang dinilai mendesak adalah soal ketepatan jadwal, penambahan kapasitas angkut, dan integrasi antarmoda. Selain ketidakpaduan antarmoda, kekusutan pengaturan rute angkutan umum di Jabodetabek dinilai turut memicu biaya tinggi sehingga membebani penumpang.

Penyesuaian tarif

Terkait kenaikan harga BBM, Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) mendesak pemerintah segera menyesuaikan tarif angkutan publik agar pengguna tidak rugi. Ketua DTKJ Edi Nursalam menyatakan, sebelum ada pengumuman pemerintah, sebagian operator sudah menyesuaikan tarif sendiri.

Penyesuaian tarif sepihak itu merugikan pengguna. Kalaupun nantinya ada penyesuaian tarif, pemerintah perlu memastikan agar angkutan publik tidak ditinggalkan penggunanya.

Salah satu caranya adalah dengan mempermudah pengadaan kendaraan untuk angkutan publik.

”Perlu program pendamping yang berpihak pada kepentingan publik,” kata Edi.

Kemarin, tim gabungan Dinas Perhubungan dan DTKJ melakukan survei lapangan untuk penyesuaian tarif angkutan. Kepala Bidang Angkutan Darat Dinas Perhubungan DKI Jakarta Emmanuel Kristianto mengatakan, pihaknya perlu mengumpulkan data terkait komponen yang berpengaruh.

Apa pun hasil surveinya, kata Emmanuel, pemerintah tetap mendorong masyarakat menggunakan angkutan umum. Sementara skema program itu akan dirumuskan lebih jauh dengan tim terkait.

”Kami minta operator tidak menaikkan tarif lebih dahulu sebelum ada keputusan. Bagi mereka yang menaikkan tarif sepihak, kami sita kendaraannya. Beberapa kendaraan yang melanggar ketentuan tarif sudah kami kandangkan,” katanya.

Berdasarkan pantauan Kompas pada hari pertama pemberlakuan harga baru BBM bersubsidi, jumlah penumpang KRL dan bus transjakarta relatif normal. Koordinator Suara Transjakarta, David Tjahjana, mengatakan, secara umum kondisi halte dan terminal transjakarta masih normal pada pagi kemarin. Perputaran bus juga relatif cepat dengan adanya sterilisasi jalur.

Direktur Komersial PT KAI Commuter Jabodetabek Dwiyana SR mengatakan, jumlah penumpang KRL masih terpantau normal. ”Rata-rata penumpang KRL hingga pukul 10.00 sekitar 290.000 orang. Pada Selasa pagi, tercatat sekitar 250.000 penumpang,” katanya.

Sementara itu, Kepala Stasiun Duri, Jakarta Barat, Badrus, yang dihubungi terpisah kemarin mengatakan, perbandingan antara jumlah penumpang dan kapasitas KRL yang tersedia di Stasiun Duri masih layak.

Hal tersebut tecermin dari tidak adanya penumpang yang tertinggal saat keberangkatan KRL pada jam-jam sibuk, seperti pukul 07.00-08.00 dan pukul 17.00-19.00. (BRO/NDY/ART/WIN/MKN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Megapolitan
Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com