Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemprov DKI Dinilai Tidak Transparan

Kompas.com - 19/11/2014, 18:20 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Sejumlah warga yang lahannya terkena dampak pembangunan transportasi massal cepat (MRT) menilai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak transparan dalam pelaksanaan proyek. Menurut warga, sikap pemerintah itu malah akan menghambat proyek pembangunan MRT.

Warga yang tergabung dalam komunitas Masyarakat Peduli MRT mengatakan, bukti ketidaktransparanan itu, misalnya, Pemprov tak pernah menjelaskan rencana pembangunan MRT secara menyeluruh.

”Pemerintah Provinsi DKI hanya berbicara mengenai harga lahan. Tetapi, tak pernah menyinggung bagaimana dan untuk apa lahan akan dipakai,” kata Rully (37), pemilik lahan di Kelurahan Kramat Pela, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Rully juga menuntut Pemprov mewujudkan janji membentuk tim kerja yang melibatkan warga dari berbagai latar belakang untuk memberi masukan terhadap proyek MRT.

Mahes (57), pemilik lahan di Kelurahan Cipete Utara, juga mengatakan hal senada. Menurut dia, sebelum berbicara mengenai pembebasan lahan, pemprov seharusnya menjelaskan dulu mengenai rencana proyek. Misalnya, penjelasan mengapa jalur MRT di Jalan Fatmawati, Jaksel, menggunakan jalur layang, bukan jalur bawah tanah.

”Selama ini tak ada penjelasan. Tiba-tiba di depan bangunan kami diberi tanda dan digali lubang untuk pembangunan,” katanya.

Di Jakarta Selatan, dari 612 bidang lahan yang akan dipakai, baru 240 yang sudah dibebaskan. Bidang lahan itu terbagi dalam 10 kelurahan. Wilayah Jakarta Selatan termasuk dalam proyek pembangunan MRT Tahap I (Lebak Bulus-Bundaran HI).

Belum sepakat

Win Waluyo (69), pemilik lahan di Kelurahan Cipete Selatan, mengatakan, ia belum sepakat lahannya dibeli Pemprov karena ada ketidaksesuaian pengukuran lahan. Berdasarkan sertifikat tanah, luas lahan milik Win 1.000 meter persegi. Namun, berdasarkan pengukuran petugas proyek MRT, luas lahannya hanya 600 meter persegi.

Ruben (76), warga lainnya, mengatakan, bersedia membebaskan lahannya di Kelurahan Pulo, asalkan sesuai dengan harga pasar. ”Perlu ada tim independen untuk menaksir harga jual lahan milik kami,” ujarnya.

Deputi Gubernur Bidang Transportasi Sutanto Soehodho mengatakan, pihaknya sudah cukup transparan dalam menjelaskan konsep pembangunan MRT. Sosialisasi pembangunan sudah dilakukan sejak pertama kali pemerintah merencanakan proyek.

Menurut dia, selama ini pihaknya juga sudah berusaha menuruti keinginan warga. ”Kalau kami membayar tanah sesuai harga pasar, apakah pemilik tanah juga mau membayar pajak sesuai harga pasar, bukannya sesuai dengan nilai jual obyek pajak?” kata Sutanto. (DNA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Janji Dorong Pemerataan Pembangunan di Seluruh Indonesia

Gibran Janji Dorong Pemerataan Pembangunan di Seluruh Indonesia

Megapolitan
Kondisi Rumah Galihloss Mendadak Sepi Setelah Dugaan Penistaan Agama Mencuat, Tetangga: Mereka Sudah Pergi

Kondisi Rumah Galihloss Mendadak Sepi Setelah Dugaan Penistaan Agama Mencuat, Tetangga: Mereka Sudah Pergi

Megapolitan
Polisi Temukan 'Tisu Magic' dan Lintah Papua di Kamar Kos Perempuan yang Tewas di Pulau Pari

Polisi Temukan "Tisu Magic" dan Lintah Papua di Kamar Kos Perempuan yang Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Video Pencurian Mesin 'Cup Sealer' di Depok Viral di Media Sosial

Video Pencurian Mesin "Cup Sealer" di Depok Viral di Media Sosial

Megapolitan
Posko Aduan Penonaktifan NIK di Petamburan Beri Sosialisasi Warga

Posko Aduan Penonaktifan NIK di Petamburan Beri Sosialisasi Warga

Megapolitan
Ketua RW Syok Galihloss Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penistaan Agama

Ketua RW Syok Galihloss Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penistaan Agama

Megapolitan
Selain Sepi Pembeli, Alasan Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Pepaya karena Pasokan Berlimpah

Selain Sepi Pembeli, Alasan Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Pepaya karena Pasokan Berlimpah

Megapolitan
SDA DKI Bangun 5 Polder Baru dan Revitalisasi 2 Pompa 'Stasioner' untuk Tanggulangi Banjir

SDA DKI Bangun 5 Polder Baru dan Revitalisasi 2 Pompa "Stasioner" untuk Tanggulangi Banjir

Megapolitan
Gibran Kunjungi Rusun Muara Baru, Warga: Semoga Bisa Teruskan Kinerja Jokowi

Gibran Kunjungi Rusun Muara Baru, Warga: Semoga Bisa Teruskan Kinerja Jokowi

Megapolitan
Kunjungi Rusun Muara Baru, Gibran: Banyak Permasalahan di Sini

Kunjungi Rusun Muara Baru, Gibran: Banyak Permasalahan di Sini

Megapolitan
Sebelum Ditemukan Tewas Dibunuh Tantenya, Bocah 7 Tahun di Tangerang Sempat Hilang

Sebelum Ditemukan Tewas Dibunuh Tantenya, Bocah 7 Tahun di Tangerang Sempat Hilang

Megapolitan
ODGJ Diamankan Usai Mengamuk dan Hampir Tusuk Kakaknya di Cengkareng

ODGJ Diamankan Usai Mengamuk dan Hampir Tusuk Kakaknya di Cengkareng

Megapolitan
Pendaftaran PPK Pilkada Depok 2024 Dibuka, Berikut Syarat dan Ketentuannya

Pendaftaran PPK Pilkada Depok 2024 Dibuka, Berikut Syarat dan Ketentuannya

Megapolitan
Gibran Sambangi Rusun Muara Baru Usai Jadi Wapres Terpilih, Warga: Ganteng Banget!

Gibran Sambangi Rusun Muara Baru Usai Jadi Wapres Terpilih, Warga: Ganteng Banget!

Megapolitan
Sespri Iriana Jokowi hingga Farhat Abbas Daftar Penjaringan Cawalkot Bogor dari Partai Gerindra

Sespri Iriana Jokowi hingga Farhat Abbas Daftar Penjaringan Cawalkot Bogor dari Partai Gerindra

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com