Oleh:

JAKARTA, KOMPAS.com - Meskipun lutut kanannya tersayat aspal jalan raya di depan Terminal Blok M, Jakarta Selatan, Jeje (20) tetap tersenyum sambil menenteng helm sepedanya. Sambil mengeringkan luka, mahasiswa Universitas YAI di Salemba, Jakarta Pusat, ini bercerita tentang luka di lututnya, ”Jatuh diserempet metromini. Setelah membersihkan luka, saya kayuh sepeda lagi.”

Jeje, mahasiswa Jurusan Sistem Informasi YAI, segera bangun lantaran tanggung jawab. Ia menggendong paket oatmeal yang diambil dari Pejaten Barat, Jakarta Selatan, untuk diantar ke Kelapa Gading, Jakarta Utara. ”Harus saya pastikan dua jam sampai agar kualitas oatmeal tetap,” ujar Jeje di markas Westbike Messenger Service (WMS), Pasar Santa, Jakarta Selatan, Kamis (20/11).

WMS adalah pengantaran paket cepat menggunakan sepeda jenis fixie milik para kurirnya. Didirikan Oktober 2013 dengan Jeje sebagai kurir satu-satunya, WMS kini memiliki 15 kurir, berusia sekitar 20 tahun, dan cinta bersepeda. Saat ini, WMS tengah merekrut lima kurir baru. Tidak banyak syaratnya. Selain cinta bersepeda, berusia di atas 17 tahun, ia harus bisa bekerja sama dalam tim, bertanggung jawab, dan jujur.

”Rencana pembatasan sepeda motor di jalan-jalan protokol Jakarta menambah daya saing usaha ini,” ujar Hendi Rachmat (37), pendiri WMS.

Hendi menjelaskan, ide mendirikan WMS berawal dari kecintaannya pada sepeda. Setelah sepeda fixie booming dan surut (2010-2012), Hendi berpikir bagaimana merawat kecintaannya pada sepeda. Mendapat gagasan dari kota-kota besar, seperti New York, San Francisco, dan California, Hendi coba menjawab masalah macet Jakarta. Pada hari kerja pukul 09.00-19.00, kebutuhan pengiriman cepat tanpa banyak hambatan dan perantara jadi mendesak.

Untuk itu, WMS menawarkan paket VVIP dengan jaminan dua jam sampai dan VIP yang sampai pada hari yang sama. Order terakhir diterima pukul 19.00. ”Setahun berjalan, pengantaran tidak pernah lewat dari dua jam. Kami telah uji coba menempuh rute terjauh dari utara ke selatan dan timur ke barat Jakarta,” ujar Hendi.

Karena jaminan kepastian dan kampanye hidup sehat yang ditawarkan, pengguna jasa kurir sepeda meluas. ”Ada produsen makanan Puravida menjadi pelanggan kami. Juga Kedutaan Besar Norwegia menggunakan jasa kami untuk pengantaran surat,” ujar Hendi.

Karena menjalankan bisnis kepercayaan, sikap jujur menjadi tumpuan dan nilai yang ditanamkan kepada semua kurir yang umumnya mahasiswa. Ada aturan yang tidak boleh dilanggar. Kurir dilarang menyentuh, apalagi membuka paket.

Menghidupi kecintaan

Bagi Hendi, kurir sepeda adalah tahapan bangkit berikutnya setelah kecintaannya pada sepeda fixie membuatnya jatuh. Bersama penyewa awal kios-kios di Pasar Santa, Hendi kini menata bisnis kurir sepeda dengan mengajak para pesepeda bergabung, menawarkan jasa, mendapat penghasilan, serta melakukan kampanye soal lingkungan dan kesehatan. ”Sambil kuliah dan bisa senang bersepeda, saya punya penghasilan sekitar Rp 3 juta setiap bulan,” ujar Jeje.

Menyewa empat los di lantai dua Pasar Santa yang tumbuh sebagai pusat aktivitas kreatif anak muda, Hendi juga mewadahi teman-temannya, pencinta sepeda. Tidak hanya jadi markas WMS, di empat los yang diberi nama Cogs Collective, Hendi memberikan ruang bagi teman- temannya menjual segala hal terkait sepeda, seperti kaus, tas, aksesori, hingga frame sepeda fixie lokal bermerek Piascycles yang telah melayani pesanan online dari sejumlah negara.

Posisi WMS di Pasar Santa strategis. Selain letaknya di jantung Jakarta, ramainya Pasar Santa oleh anak muda kreatif berkarya menjadi peluang bisnis pengantaran barang. Kerja sama saling dukung tengah dirancang. ”Saya pakai WMS untuk pengantaran. Selain mau support pihak-pihak yang memberikan solusi atas macet Jakarta, banyak pembeli saya memang wilayahnya di Jakarta Selatan,” ujar Raynia, pemilik kios Sepotong Kue di Pasar Santa.

Mengurangi risiko bisnis, Hendi, yang tidak menyelesaikan kuliah Ilmu Politik di Universitas Nasional dan tidak menyesal, membuat survei perilaku pembeli dan penjual barang secara online. Hasil surveinya mengejutkan. Pembeli paling tidak suka menunggu terlalu lama dan ingin barangnya sampai 2-3 jam, bukan 2-3 hari. Penjual tidak ingin membuang waktu dan energi terlalu banyak untuk menyerahkan barang kepada kurir.

Hasil survei ini dijadikan pijakan WMS. ”Kami mengambil barang dari pengirim dan segera mengantarnya kepada penerima sesaat setelah telepon. Tidak banyak perantara,” ujar Hendi.

Hendi sadar, kurir barang dengan sepeda bukan hal baru. Di awal-awal masyarakat mengenal sepeda, kurir dengan sepeda sudah ada. Pembedanya saat ini adalah gabungan perkembangan teknologi, kemacetan penghambat pergerakan, dan polusi yang ditimbulkan asap kendaraan bermotor yang butuh solusi. Selain bisnis, kurir sepeda menawarkan gaya hidup sehat dan memberi solusi macet Jakarta.

Hendi, belasan kurir, dan puluhan pengguna jasa mereka mungkin kecil di antara belantara Jakarta dengan kemacetan dan polusinya. Namun, mereka berbuat nyata untuk Jakarta yang mereka cintai.