Saat menjelang Pilkada DKI 2012, Ahok masih berstatus anggota DPR RI dari Partai Golkar. Gerindra sendiri saat itu menawarkan Ahok untuk maju mendampingi Joko Widodo yang berasal dari PDI Perjuangan. Ketika itu, Gerindra memang tidak bisa mengajukan nama calon gubernur karena hanya punya enam kursi di DPRD DKI.
"Partai Gerindra menawarkan saya nyalon tanpa dibayar waktu di DKI. Walaupun mereka tidak bisa nyalon juga sebenarnya karena hanya punya enam kursi, dan saya berisiko dipecat dari DPR RI. Ya mungkin karena mereka pengin dapat nama," kata Ahok pada konferensi nasional "Masyarakat Sipil dan Penguatan Demokrasi Pasca Pemilu 2014", di Jakarta, Selasa (25/11/2014).
Tak hanya itu, Ahok juga memaparkan bahwa sebenarnya Gerindra bukanlah pihak yang paling menentukan majunya ia sebagai cawagub DKI. Sebab, kata Ahok, saat itu Gerindra sempat mengusulkan nama Deddy Mizwar. [Baca: Tanggapan Kemendagri soal Rencana Gerindra Hentikan Karier Ahok]
Menurut Ahok, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri-lah yang paling berperan saat memutuskan majunya ia sebagai cawagub DKI mendampingi Jokowi.
"Sebenarnya juga bukan nyalonin nama saya, tetapi Deddy Mizwar. Jokowi dan Deddy Mizwar, bukan saya sebenarnya. Hanya akhirnya Bu Mega tidak tahu kenapa akhirnya mencalonkan saya. Saya tidak tahu apakah mereka baik hati dengan tidak minta dibayar, atau merasa mendapat positive point," ujar Ahok.
Terakhir, Ahok membantah anggapan yang menyatakan bahwa majunya ia sebagai calon dari Gerindra tanpa bayaran. Menurut Ahok, ada "harga" yang ia bayarkan saat akhirnya memutuskan menerima pinangan Gerindra. "Saya sebenarnya membayar juga. Membayar dengan dipecat Golkar dari DPR RI. Jadi kalau dihitung ada gaji 2,5 tahun yang hilang di DPR RI," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.