"Solusi kebijakan itu untuk memaksa orang mesti istirahat di tengah perjalanan. Jadi, kami sengaja memaksa supaya tidak naik motor seharian," kata dia, di Balaikota, Rabu (26/11/2014). [Baca: "Larang Sepeda Motornya Sekarang, Kok Beli Bus Gratisnya Baru Tahun Depan, Pak Ahok?"]
Kemudian, untuk pihak jasa kurir maupun pengiriman barang yang selalu menggunakan motor dan melintas di sepanjang kawasan itu, Basuki mengimbau mereka untuk melalui jalur alternatif. Yang terpenting, kata dia, pengendara motor mau berhenti sejenak dan menggunakan bus tingkat. Hal itu, kata dia, juga untuk menurunkan angka kecelakaan motor di Jakarta.
Berdasarkan data Polda Metro Jaya, 70 persen kecelakaan di Jakarta adalah kecelakaan sepeda motor. Kemudian, 60 persen pengendara kendaraan roda dua meninggal dunia karena kecelakaan motor. Menurut Ahok, jumlah ini lebih banyak dibandingkan jumlah korban meninggal karena kasus virus ebola. [Baca: Survei Warga: Pelarangan Sepeda Motor Kurang Efektif]
"Pengendara motor ada pilihan, mau parkir motor di mana pun, gedung siapa pun, atau belakang rumah siapa pun, dia (pengendara motor) punya pilihan istirahat. Karena kalau naik motor itu enggak bisa istirahat, tetapi kalau naik mobil kan bisa istirahat," kata Basuki.
Namun, alasan soal angka kecelakaan lalu lintas itu dianggap sebagian orang kurang tepat karena tingkat kecelakaan sepeda motor di kawasan Thamrin-Medan Merdeka cenderung kecil dibanding wilayah lain.
Kebijakan pelarangan sepeda motor di sepanjang Jalan MH Thamrin-Jalan Medan Merdeka Barat ini akan diuji coba pada 17 Desember mendatang. Rencananya, DKI akan membeli sebanyak 100 bus tingkat gratis untuk menutupi kebutuhan warga. DKI juga menyediakan sebanyak 11 lahan parkir untuk tempat parkir para pengendara motor.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.