Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
ADVERTORIAL

Pelukis Art Brut Sukses Mencuri Perhatian di Pasar Seni ITB

Kompas.com - 28/11/2014, 11:26 WIB
advertorial

Penulis

Pernah mendengar art brut? Mungkin frase ini terdengar asing di telinga kita. Art brutdi Indonesia memang masih terdengar asing, namun di dunia internasional art brut sudah lama dikenal. Salah satu aliran seni ini diperkenalkan oleh Adolf Wolfli (1864-1930) yang menjadi pasien tetap sebuah rumah sakit jiwa sejak 1899. Ia mulai melukis dan membuat tulisan-tulisan hingga mencapai 25 ribu lembar catatan dan 1.600 lembar lukisan ilustratif. Karya-karyanya kemudian ditemukan oleh seniman Perancis bernama Jean Dubuffet pada tahun 1945, dan ia menyebutnya art brut, yakni karya seni yang diciptakan penyandang gangguan mental. Art brut sendiri berasal dari Bahasa Prancis yang artinya rough art (seni kasar) dan raw art (seni mentah).

Salah satu pelukis art brut yang sudah dikenal luas di Indonesia adalah Dwi Putro Mulyono alias Pakwi. Ia penderita skizofrenia yang telah menghasilkan ribuan karya di galerinya. Ia mengalami gangguan pendengaran dan kesulitan berbicara serta merangkai kata-kata sejak kelas 3 SD. Kondisinya kemudian memburuk dan sering mengamuk tanpa sebab. Ia sempat menggelandang setelah ayahandanya meninggal dunia, dan bahkan ia sering mengamuk, memukul adiknya, masuk ke kuburan, memunguti puntung rokok di jalan dan mencorat-coret tembok tetangga mereka. Nawa Tunggal, adiknya, kemudian memperkenalkannya pada dunia lukis yang ternyata membesarkan namanya hingga saat ini. Melukis pada awalnya merupakan salah satu sarana terapi bagi Pakwi. Kini, melukis merupakan aktivitasnya sepanjang hari.

Lukisannya  tidak  terpaku  pada gaya atau aliran tertentu, melainkan selalu mengikuti kata hatinya. Ia biasa menggambar  wayang, bunga, daun kuping gajah, angsa, ikan, katak, ayam, ember, kupu-kupu, dan masih banyak lagi. Hingga saat ini sudah ribuan karya yang dihasilkan pria berusia 51 tahun ini. Di antara para penderita skizofrenia lainnya yang juga melakukan terapi melukis, ia merupakan yang paling produktif.

Tahun lalu, Pakwi nyaris empat hari tidak tidur ketika menyelesaikan lukisan di kanvas sepanjang 88 meter dengan lebar 1,2 meter. Kanvas yang penuh dengan gambar-gambar wayang purwa dalam kisah Mahabharata yang diadaptasi masyarakat Jawa itu berhasil diselesaikannya dalam waktu empat hari 15 jam 40 menit pada 9 September 2013 lalu. Dan ia diganjar piagam Rekor MURI sebagai pemecah rekor penderita gangguan mental yang berhasil melukis sepanjang 88 meter.

Pakwi bahkan telah sukses menggelar pameran tunggal pada 10 Oktober 2013 lalu. Lukisan-lukisan dengan beragam ukuran dan berbagai media sukses menyedot perhatian para penikmat seni yang hadir. Gaya lukisannya yang sering disebut seni Sapa Nyana atau siapa sangka ini juga telah menghiasai sudut kota Yogyakarta.

Menyadari betapa mengagumkannya karya-karya dan sosok Pakwi, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengajak Pakwi untuk terlibat dalam pasar seni terbesar di Asia Tenggara, yakni Pasar Seni ITB 2014. Ia membawa lukisan-lukisan hasil karyanya ke pagelaran seni yang menyedot perhatian 500 ribu orang pada 23 November lalu.

“Kehadiran Pakwi di Pasar Seni ITB 2014 merupakan bukti nyata bahwa karya seni merupakan milik semua orang, karena karya seni merupakan bentuk refleksi kreativitas individual. Tidak terlepas dari siapa orangnya, semua orang bisa menumpahkan idenya dalam bentuk karya seni. Hal ini tentunya patut mendapat apresiasi dari semua pihak, terkhusus bagi masyarakat pecinta seni,” ujar Inge Setiawati, Sekretaris Perusahaan BCA.

Di antara 365 stand yang ada, karakter lukisan Pakwi berhasil mencuri perhatian banyak orang. “Karya Pakwi sangat menarik. Pemilihan warna dan goresan-goresannya yang sering kali tidak mengikuti aturan-aturan yang ada justru membuat lukisannya begitu istimewa,” ujar Ade Anisiya, salah seorang pengunjung agenda rutin empat tahunan yang digelar oleh Fakultas Seni Rupa dan Design Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB). (adv)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Warga 'Numpang' KTP DKI: Pelayanan di Jakarta Itu Enak Banget, Administrasinya Enggak Ribet...

Warga "Numpang" KTP DKI: Pelayanan di Jakarta Itu Enak Banget, Administrasinya Enggak Ribet...

Megapolitan
Masuk Bursa Cagub DKI dari PKS, Khoirudin: Saya Kawal dari Dewan Saja...

Masuk Bursa Cagub DKI dari PKS, Khoirudin: Saya Kawal dari Dewan Saja...

Megapolitan
Maju di Pilkada Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Daftar Lewat Gerindra

Maju di Pilkada Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Daftar Lewat Gerindra

Megapolitan
Pendapatan Ojek Sampan Tak Cukupi Biaya Hidup, Bakar Terpaksa Berutang Untuk Makan

Pendapatan Ojek Sampan Tak Cukupi Biaya Hidup, Bakar Terpaksa Berutang Untuk Makan

Megapolitan
Pascalebaran, Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Tembus Rp 80.000 per Kilogram

Pascalebaran, Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Tembus Rp 80.000 per Kilogram

Megapolitan
Jadwal Pra PPDB SD dan SMP Kota Tangerang 2024 dan Cara Daftarnya

Jadwal Pra PPDB SD dan SMP Kota Tangerang 2024 dan Cara Daftarnya

Megapolitan
BPBD DKI: Banjir yang Rendam Jakarta sejak Kamis Pagi Sudah Surut

BPBD DKI: Banjir yang Rendam Jakarta sejak Kamis Pagi Sudah Surut

Megapolitan
Maju Mundur Kenaikan Tarif Transjakarta, Wacana Harga Tiket yang Tak Lagi Rp 3.500

Maju Mundur Kenaikan Tarif Transjakarta, Wacana Harga Tiket yang Tak Lagi Rp 3.500

Megapolitan
Mengapa Penjaga Warung Madura Selalu 'Video Call' Setiap Hari?

Mengapa Penjaga Warung Madura Selalu "Video Call" Setiap Hari?

Megapolitan
Gara-gara Masalah Asmara, Remaja di Koja Dianiaya Mantan Sang Pacar

Gara-gara Masalah Asmara, Remaja di Koja Dianiaya Mantan Sang Pacar

Megapolitan
Pendatang Usai Lebaran Berkurang, Magnet Jakarta Kini Tak Sekuat Dulu

Pendatang Usai Lebaran Berkurang, Magnet Jakarta Kini Tak Sekuat Dulu

Megapolitan
Pendaftaran Cagub Independen Jakarta Dibuka 5 Mei 2024, Syaratnya 618.750 KTP Pendukung

Pendaftaran Cagub Independen Jakarta Dibuka 5 Mei 2024, Syaratnya 618.750 KTP Pendukung

Megapolitan
Polisi Tilang 8.725 Pelanggar Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek Selama Arus Mudik dan Balik

Polisi Tilang 8.725 Pelanggar Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek Selama Arus Mudik dan Balik

Megapolitan
Belajar dari Pemilu 2024, KPU DKI Mitigasi TPS Kebanjiran Saat Pilkada

Belajar dari Pemilu 2024, KPU DKI Mitigasi TPS Kebanjiran Saat Pilkada

Megapolitan
Kisah Bakar dan Sampan Kesayangannya, Menjalani Masa Tua di Perairan Pelabuhan Sunda Kelapa

Kisah Bakar dan Sampan Kesayangannya, Menjalani Masa Tua di Perairan Pelabuhan Sunda Kelapa

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com