Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Ahok, Warga yang Ditolak RS Tidak Taat Aturan

Kompas.com - 02/12/2014, 08:35 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama menilai, dalam beberapa kasus penolakan pasien peserta program kesehatan oleh rumah sakit, kebanyakan pasiennya adalah warga yang tidak mau mengikuti mekanisme aturan yang telah ditentukan. Aturan tersebut ialah memulai proses berobat dari puskesmas dan apabila tenaga medis di puskesmas tidak mampu, baru kemudian pasien dirujuk ke rumah sakit yang tipenya disesuaikan dengan kondisi pasien.

Dengan demikian, kata Ahok, seorang pasien peserta program kesehatan tanpa surat rujukan dari dokter puskesmas tidak bisa langsung mendatangi rumah sakit, apalagi rumah sakit bertipe A, seperti RSCM.

"Anda pasti ditolak RSCM kalau Anda langsung ke RSCM karena itu kan rujukan tersier, yang paling atas. Jadi, kalau sakit, tidak bisa langsung ke RSCM, tapi ke puskesmas. Kalau semakin parah, ke RSUD. Sekarang RSUD Tarakan sudah sekelas RSCM kok," kata dia, di Balaikota Jakarta, Senin (1/12/2014).

Ahok berujar, biasanya pasien peserta program kesehatan yang tidak mau mengikuti jalur pelayanan adalah pasien yang berasal dari golongan masyarakat kelas menengah. Sebab, ia berkeyakinan, warga dari masyarakat kelas bawah tidak akan pilih-pilih terhadap pelayanan kesehatan yang ia terima.

"Bagaimana membedakan orang miskin dan orang kaya? Orang miskin tidak akan pilih-pilih rumah sakit. Kalau orang kaya, dia tidak mau masuk di kelas 3 yang (satu bangsal) 10 orang. Mereka maunya ke RS Pondok Indah atau ke Singapura, itu orang kaya," ujar Ahok.

"Yang protes-protes itu kelas menengah, yang milih-milih dokter. Mau langsung datang (ke RS) ya tidak bisa. Apalagi kalau langsung ke UGD, padahal dia tidak sakit. Yang seperti itu yang sering ditolak, kemudian ngoceh-ngoceh, 'Saya ditolak'," Ahok menambahkan.

Ahok mengklaim berani mengatakan hal tersebut karena selama dua tahun menjadi pejabat di Jakarta, ia telah banyak mempelajari banyak hal dari kasus-kasus serupa yang pernah terjadi sebelumnya.

Meski demikian, Ahok mengaku akan mengecek kembali perihal kasus ditolaknya Muhammad Firdaus, seorang bayi yang lahir secara tidak normal oleh RSCM, pada Minggu (30/11/2014) kemarin. Firdaus adalah anak dari Ahmad Daud (32) dan Nurahmah (25), warga RT 03/19, Kelurahan Tugu Utara. Belum diketahui pasti apakah orang tua Firdaus mengikuti program kesehatan atau tidak.

Sebagai informasi, Firdaus lahir dengan kondisi tubuh tidak normal atau dalam istilah medis dikenal sebagai kongenital multiple. Jari pada tangan kanannya hanya ada tiga dan kaki kirinya tanpa jari. Bagian kepalanya juga tidak terbentuk sempurna. Sebelum ditolak oleh RSCM, ia sempat dibawa ke Puskesmas Kecamatan Koja, Jakarta Utara, kemudian ke RSUD Koja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

500 Siswa SMA Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang KRI Semarang

500 Siswa SMA Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang KRI Semarang

Megapolitan
Soal Peluang Maju Pilkada DKI, Heru Budi: Hari Esok Masih Penuh Misteri

Soal Peluang Maju Pilkada DKI, Heru Budi: Hari Esok Masih Penuh Misteri

Megapolitan
Sopir Truk Akui Kecelakaan di GT Halim karena Dikerjai, Polisi: Omongan Melantur

Sopir Truk Akui Kecelakaan di GT Halim karena Dikerjai, Polisi: Omongan Melantur

Megapolitan
Sebelum Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR, Petugas Sudah Pernah Tegur Pelaku Pungli

Sebelum Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR, Petugas Sudah Pernah Tegur Pelaku Pungli

Megapolitan
Sudah 1,5 Tahun Kompolnas dan Polisi Belum 'Update' Kasus Kematian Akseyna

Sudah 1,5 Tahun Kompolnas dan Polisi Belum "Update" Kasus Kematian Akseyna

Megapolitan
Ucap Syukur Nelayan Kamal Muara kala Rumahnya Direnovasi Pemprov DKI

Ucap Syukur Nelayan Kamal Muara kala Rumahnya Direnovasi Pemprov DKI

Megapolitan
Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Megapolitan
Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Megapolitan
Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Megapolitan
Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Megapolitan
Singgung 'Legal Standing' MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Singgung "Legal Standing" MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Megapolitan
Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Megapolitan
Belum Tahan Firli Bahuri, Kapolda Metro Terapkan Prinsip Kehati-hatian

Belum Tahan Firli Bahuri, Kapolda Metro Terapkan Prinsip Kehati-hatian

Megapolitan
Dishub DKI Jaga Trotoar di Jakpus yang Dimanfaatkan Sekelompok Orang Tarik Bayaran Pengendara Motor

Dishub DKI Jaga Trotoar di Jakpus yang Dimanfaatkan Sekelompok Orang Tarik Bayaran Pengendara Motor

Megapolitan
Oknum Anggota TNI Pengeroyok Warga Sipil di Depan Polres Jakpus Bukan Personel Kodam Jaya

Oknum Anggota TNI Pengeroyok Warga Sipil di Depan Polres Jakpus Bukan Personel Kodam Jaya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com