"Menyatakan terdakwa Ahmad Imam Al Hafitd telah terbukti secara sah dan meyakinkan telah melakukan pembunuhan berencana dan menjatuhkan pidana selama 20 tahun," ujar Absoro.
Sebelumnya, jaksa telah menuntut Hafitd dengan tuntutan seumur hidup sesuai dengan dakwaan primernya, yaitu pembunuhan berencana. Jaksa mengungkapkan, saat kejadian pembunuhan, Hafitd memiliki cukup waktu untuk menyadari perbuatannya dan tidak melanjutkan pembunuhan tersebut. [Baca: Majelis Hakim Jatuhkan Vonis 20 Tahun untuk Assyifa]
Akan tetapi, Hafitd malah terus melakukannya. Jaksa juga mengungkapkan hal-hal yang memberatkan bagi Hafitd. Hal pertama, tindakan ini telah menyebabkan kematian Ade Sara. Hal kedua, Hafitd telah memutuskan garis keturunan keluarga Suroto dan Elisabeth karena Ade Sara merupakan anak satu-satunya.
Hafitd juga telah membuat penderitaan mendalam bagi orangtua Ade Sara. Hal memberatkan lainnya adalah perbuatan Hafitd dianggap telah menarik perhatian banyak masyarakat. Hafitd juga dianggap berbelit-belit dalam memberi keterangan saat sidang.
Selain itu, Jaksa Penuntut Umum Toton Rasyid menyatakan, tidak ada satu pun hal yang meringankan bagi Hafitd. [Baca: Seusai Divonis 20 Tahun, Assyifa Histeris hingga Pingsan]
Ahmad Imam Al Hafitd menjadi terdakwa karena telah melakukan pembunuhan terhadap Ade Sara bersama kekasihnya, Assyifa Ramadhani. Ade dianiaya dengan cara disetrum, dicekik, serta mulut disumpal menggunakan kertas dan tisu. Saat sidang keterangan terdakwa, Hafitd mengaku bahwa dialah yang menyetrum dan membuang jasad Ade Sara di Kilometer 49 Jalan Tol Bintara, Bekasi Barat, Kota Bekasi.
Pada kasus ini, Hafitd dan Assyifa didakwa dengan tiga pasal berlapis. Pada dakwaan primer, kedua terdakwa dikenakan Pasal 340 KUHP juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana dengan ancaman maksimal hukuman seumur hidup atau hukuman mati.
Pasal ini dikenakan berdasarkan hasil otopsi bahwa terdapat gumpalan dalam rongga mulut Ade Sara serta adanya gangguan proses pernapasan. Kematian disebabkan sumbatan rongga mulut yang mengakibatkan korban mati lemas. Pasal tersebut subsider dengan Pasal 338 KUH Pidana tentang Pembunuhan juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana.
Pasal lebih subsider lagi adalah Pasal 353 ayat 3 KUH Pidana tentang Penganiayaan yang Menyebabkan Kematian juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.