"Setiap kebijakan baru pasti awalnya banyak diprotes, tetapi mungkin ini caranya supaya Jakarta jadi lebih teratur. Dengan begini, masyarakat jadi dipaksa untuk naik kendaraan umum," ujar dia saat ditemui di dalam bus transjakarta gratis, Kamis (18/12/2014).
"Masa enggak mau Jakarta jadi seperti Singapura? Kalau bukan kita yang memulai, siapa lagi?" tambah pria yang pernah bekerja bertahun-tahun di Singapura ini.
Ia pun membandingkan Jakarta dengan kota-kota lainnya di Asia Tenggara. Menurut dia, meskipun transportasi kota-kota tersebut belum terlalu maju, kesadaran masyarakat untuk menggunakannya sudah cukup tinggi.
"Teman-teman saya di Filipina itu walau punya mobil atau motor, prefer (lebih memilih) naik transportasi umum. Padahal, transportasi umum di sana belum sebagus di Singapura. Ya, hampir samalah kayak di Jakarta," tutur dia.
Reza (25), pengendara motor, mengatakan, dia sebetulnya tidak keberatan untuk naik transportasi umum. Ia menilai, aturan pelarangan sepeda motor melintas di jalan protokol baik untuk membuat Ibu Kota semakin teratur. Hanya, ia menginginkan pelayanan yang diberikan untuk transportasi umum bisa memadai.
"Kalau sekarang sih, maaf-maaf ya, petugasnya saja masih jutek-jutek. Ditanya kayak ngajak berantem, bagaimana kita bisa nyaman?" kata dia.
Pada hari kedua larangan sepeda motor diberlakukan pun, Reza ingin mencoba memarkir motornya di kawasan Kebon Kacang dan menuju kantornya di Jalan MH Thamrin. Ia menaiki bus city tour yang disiapkan secara gratis oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengakomodasi pengendara motor yang tak dapat melintas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.