Sebagai gantinya, BBM yang akan dijual di pasaran adalah jenis RON 92 atau pertamax. Ternyata, wacana tersebut masih belum banyak diketahui oleh masyarakat. Sejumlah warga tampak terkejut dan mengernyitkan kening saat ditanyakan hal tersebut.
"Serius premium enggak akan dijual lagi? Waduh, tambah mahal saja dong mau isi bensin," ujar Catur Yulisman (45), pengendara sepeda motor, Rabu (24/12/2014). [Baca: Tim Anti-Mafia Migas Rekomendasikan Penghapusan Impor Premium]
Warga Tanah Abang itu mengaku keberatan dengan wacana kebijakan tersebut. Menurut dia, pencabutan subsidi premium beberapa waktu lalu saja sudah membebani masyarakat, apalagi penghapusan premium di pasaran.
Menurut Rendi Rahadian (28), pengendara motor lainnya, penghapusan premium sebetulnya memberatkan. Namun, bila harga pertamax diturunkan, itu tidak akan terlalu menjadi masalah. [Baca: Pemerintah Masih Pikir-pikir Stop Impor Premium]
"Kalau premium enggak ada, harga pertamax turun ya? Seharusnya sih begitu, biar masyarakat, terutama rakyat kecil, enggak terlalu susah," ujar karyawan swasta yang mengaku sudah beralih menggunakan pertamax sejak harga premium naik ini.
Sebagai informasi, saat harga premium naik jadi Rp 8.500 bulan lalu, sedangkan harga pertamax mengalami penurunan di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Pertamina dari Rp 10.500 menjadi Rp 9.950. Tujuannya adalah supaya masyarakat beralih menggunakan pertamax.
"Beda seribuan doang mending pakai pertamax, kualitasnya kan lebih bagus, lebih hemat," kata Rendi. Namun, bagi Hasby (30), pengendara sepeda motor, keputusan menghilangkan premium di pasaran akan berdampak besar, terutama untuk inflasi harga.
"Ini sama saja seperti naikin harga BBM. Dampaknya merembet ke yang lain-lain, efek dominolah," ucap pria berkacamata ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.