Sebagian pengguna KRL kini merasa nyaman berjalan kaki melalui trotoar, yang searah dari pintu masuk dan keluar Stasiun Pasar Minggu.
Sebelum diratakan, di kawasan itu berdiri 138 kios yang ditempati para pedagang dan PKL. Mulai pedagang pakaian, handphone baru dan bekas, pedagang pakaian, pedagang buah, dan banyak lagi lainnya.
Para pejalan kaki kadang tidak dapat menikmati fasilitas trotoar dengan baik. Barang dagangan yang digelar di atas trotoar menjadi penyebabnya dan mengganggu warga melintas.
Dedi (38), warga Citayam yang bekerja di kawasan Poltangan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, menyambut positif penertiban oleh PT Kereta Api. Sebab, jalur sepanjang trotoar itu kerap dilaluinya untuk pulang pergi bekerja menggunakan jasa KRL.
"Bagus ya kalau begini. Pulang pergi kerja jadi enak kelihatannya, jadi lebih cerah. Kadang kalau banyak PKL jalannya sempit, kitanya mesti turun ke jalan," kata Dedi, kepada Kompas.com, Jumat (2/1/2015) sore. [Baca: Kios Dibongkar, Pedagang di Sekitar Stasiun Pasar Minggu Pasrah]
Menurut Dedi, akan lebih baik jika lahan yang telah dibongkar tersebut dapat dijadikan taman. Ia berpendapat hal itu akan menambah keindahan lingkungan di sekitar stasiun. "Dibuat jadi taman mungkin ya. Kasih penghijauan. Jadi lebih baik," ujar Dedi.
Sementara itu, pengguna jasa KRL lainnya Heri (42) menyampaikan hal senada. Ia berharap, lokasi itu tidak dijadikan tempat bagi PKL lagi nantinya. "Iya, kalau jadi taman menurut saya bagus. Asal jangan dibuat tempat jualan lagi. Malah balik lagi semerawut nanti," ujar Heri.
PT KA menyatakan, penertiban PKL di sana sebagai bagian dari penataan terhadap Stasiun Pasar Minggu. Humas Daop I PT KAI, Agus Komarudin mengatakan, rencananya, sebagian lahan akan digunakan untuk membangun ruang terbuka hijau (RTH) dan program penataan lainnya.
"Tetapi yang terpenting itu untuk keselamatan perjalanan kereta dan kendaraan yang melintas. Karena dengan adanya bangunan di situkan mengganggu jarak pandang masinis dan pengendara karena tertutup sama bangunan. Makanya kita bebaskan," ujar Agus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.