"Jangan difoto, lagi jelek, lagi jelek," ucapnya tampak terlihat malu-malu sambil tersenyum dan mengangkat tangan menghalangi lensa kamera Kompas.com yang tengah membidik wajahnya.
Hal itu berlanjut saat proses wawancara berlangsung. Saat lensa kamera membidik wajahnya di saat ia memaparkan penjelasan, Agus lebih memilih menunduk atau mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Dalam pemaparannya, Agus menjelaskan program-program yang akan dilakukan instansinya, terutama dalam menghadapi ancaman banjir. Menurut dia, fokus utama penanganan banjir akan dilakukan di tiga aliran utama, yakni di Kanal Banjir Timur yang menjadi aliran timur, Sungai Ciliwung yang menjadi aliran tengah, dan Kanal Banjir Barat yang menjadi aliran barat.
Di tiga aliran tersebut, kata dia, Dinas Tata Air akan melakukan normalisasi, seperti melakukan pengerukan, pembangunan turap beton (sheet pile), pembangunan folder, pembangunan rumah pompa, dan melanjutkan program Jakarta Emergency Dradging Initiative (JEDI) berupa pengerukan 13 sungai besar.
Khusus untuk pembangunan rumah pompa, Agus mengatakan bahwa pembangunannya akan dilakukan di lima lokasi, yakni di Kamal Muara, Angke, Marina, Karang, dan Setiong. Satu rumah pompa bisa bisa berisi maksimal 10 pompa. Adapun biaya untuk membangun satu rumah pompa berkisar antara Rp 600 miliar-1 triliun.
"Harganya antara Rp 600 miliar-1 triliun. Satu rumah pompa bisa berisi 10 pompa sehingga debitnya besar, bisa menampung 110 meter kubik per detik," ucap dia.
Menurut Agus, keberadaan rumah pompa sangat berperan saat terjadinya banjir rob (banjir akibat pasang air laut). Sebab, pompa-pompa akan bisa dengan cepat menyedot air rob yang masuk ke aliran sungai. Ia pun mencontohkan banjir rob yang kerap terjadi di aliran yang mempertemukan Kali Angke dan Kanal Banjir Barat, di kawasan Angke, Jakarta Barat.
"Kalau rob tinggi, aliran sungainya bisa berhenti. Jadi, kita harus pasang pompa. Misalnya, Angke ketemu dengan Kanal Banjir Barat, airnya yang dari Angke diam aja di situ sehingga warga di sekitar situ terancam kebanjiran. Nah, dengan pompa itu, kita harapkan bisa cepat mengeringkan airnya," kata Agus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.