Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala Dinas Ini Malu-malu Saat Akan Hendak Difoto

Kompas.com - 05/01/2015, 17:37 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Dinas Tata Air Agus Priyono ternyata malu ketika para jurnalis ingin memfoto dirinya. Hal itulah yang terjadi seusai Agus menghadiri rapat pimpinan di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (5/1/2015).

"Jangan difoto, lagi jelek, lagi jelek," ucapnya tampak terlihat malu-malu sambil tersenyum dan mengangkat tangan menghalangi lensa kamera Kompas.com yang tengah membidik wajahnya.

Hal itu berlanjut saat proses wawancara berlangsung. Saat lensa kamera membidik wajahnya di saat ia memaparkan penjelasan, Agus lebih memilih menunduk atau mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Dalam pemaparannya, Agus menjelaskan program-program yang akan dilakukan instansinya, terutama dalam menghadapi ancaman banjir. Menurut dia, fokus utama penanganan banjir akan dilakukan di tiga aliran utama, yakni di Kanal Banjir Timur yang menjadi aliran timur, Sungai Ciliwung yang menjadi aliran tengah, dan Kanal Banjir Barat yang menjadi aliran barat.

Di tiga aliran tersebut, kata dia, Dinas Tata Air akan melakukan normalisasi, seperti melakukan pengerukan, pembangunan turap beton (sheet pile), pembangunan folder, pembangunan rumah pompa, dan melanjutkan program Jakarta Emergency Dradging Initiative (JEDI) berupa pengerukan 13 sungai besar.

Khusus untuk pembangunan rumah pompa, Agus mengatakan bahwa pembangunannya akan dilakukan di lima lokasi, yakni di Kamal Muara, Angke, Marina, Karang, dan Setiong. Satu rumah pompa bisa bisa berisi maksimal 10 pompa. Adapun biaya untuk membangun satu rumah pompa berkisar antara Rp 600 miliar-1 triliun.

"Harganya antara Rp 600 miliar-1 triliun. Satu rumah pompa bisa berisi 10 pompa sehingga debitnya besar, bisa menampung 110 meter kubik per detik," ucap dia.

Menurut Agus, keberadaan rumah pompa sangat berperan saat terjadinya banjir rob (banjir akibat pasang air laut). Sebab, pompa-pompa akan bisa dengan cepat menyedot air rob yang masuk ke aliran sungai. Ia pun mencontohkan banjir rob yang kerap terjadi di aliran yang mempertemukan Kali Angke dan Kanal Banjir Barat, di kawasan Angke, Jakarta Barat.

"Kalau rob tinggi, aliran sungainya bisa berhenti. Jadi, kita harus pasang pompa. Misalnya, Angke ketemu dengan Kanal Banjir Barat, airnya yang dari Angke diam aja di situ sehingga warga di sekitar situ terancam kebanjiran. Nah, dengan pompa itu, kita harapkan bisa cepat mengeringkan airnya," kata Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Isak Tangis Iringi Pengantaran 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' ke RS Polri

Isak Tangis Iringi Pengantaran 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" ke RS Polri

Megapolitan
Kebakaran Toko Bingkai Saudara Frame Padam, Arus Lalin Jalan Mampang Prapatan Kembali Normal

Kebakaran Toko Bingkai Saudara Frame Padam, Arus Lalin Jalan Mampang Prapatan Kembali Normal

Megapolitan
Sebelum Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Ada Percikan Api Saat Pemotongan Kayu

Sebelum Toko "Saudara Frame" Terbakar, Ada Percikan Api Saat Pemotongan Kayu

Megapolitan
Kondisi Karyawan Selamat dari Kebakaran Saudara Frame, Salah Satunya Luka Bakar Hampir di Sekujur Tubuh

Kondisi Karyawan Selamat dari Kebakaran Saudara Frame, Salah Satunya Luka Bakar Hampir di Sekujur Tubuh

Megapolitan
Polisi: Ada Luka di Dada dan Cekikan di Leher Jasad Perempuan di Pulau Pari

Polisi: Ada Luka di Dada dan Cekikan di Leher Jasad Perempuan di Pulau Pari

Megapolitan
144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan, Terbanyak di Jaktim

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan, Terbanyak di Jaktim

Megapolitan
Wanita Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari, Polisi Periksa 3 Teman Dekat Korban

Wanita Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari, Polisi Periksa 3 Teman Dekat Korban

Megapolitan
Cerita Warga Habiskan Uang Jutaan Rupiah untuk Bagi-bagi THR di Hari Lebaran

Cerita Warga Habiskan Uang Jutaan Rupiah untuk Bagi-bagi THR di Hari Lebaran

Megapolitan
Anggota DPRD Pertanyakan Besaran Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Anggota DPRD Pertanyakan Besaran Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Tewas Terjebak Kebakaran, Keluarga Pemilik 'Saudara Frame' Tinggal di Lantai Tiga Toko

Tewas Terjebak Kebakaran, Keluarga Pemilik "Saudara Frame" Tinggal di Lantai Tiga Toko

Megapolitan
Kadis Dukcapil: 92.432 NIK Warga Jakarta Bakal Dinonaktifkan Awal Pekan Depan

Kadis Dukcapil: 92.432 NIK Warga Jakarta Bakal Dinonaktifkan Awal Pekan Depan

Megapolitan
Sayur-mayur Membawa Berkah, Sarmini Bisa Menyekolahkan Anaknya hingga Sarjana

Sayur-mayur Membawa Berkah, Sarmini Bisa Menyekolahkan Anaknya hingga Sarjana

Megapolitan
Petugas Beberkan Sulitnya Padamkan Api yang Membakar Toko Bingkai Saudara Frame Mampang

Petugas Beberkan Sulitnya Padamkan Api yang Membakar Toko Bingkai Saudara Frame Mampang

Megapolitan
Polisi Ungkap Ada Karyawan Semprot Bensin untuk Usir Rayap Sebelum Kebakaran Saudara Frame Mampang

Polisi Ungkap Ada Karyawan Semprot Bensin untuk Usir Rayap Sebelum Kebakaran Saudara Frame Mampang

Megapolitan
Warga DKI yang NIK-nya Dinonaktifkan Bisa Ajukan Keberatan ke Kantor Kelurahan

Warga DKI yang NIK-nya Dinonaktifkan Bisa Ajukan Keberatan ke Kantor Kelurahan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com