Menurut Pengamat Transportasi dari Universitas Indonesia Alvinsyah, langkah tersebut tidak akan memberikan efek jera bagi pengemudi angkutan umum. Apalagi jika pengawasannya tidak optimal. Sehingga, menurut dia, satu-satunya cara untuk menghentikan angkutan umum yang ngetem adalah menghapuskan sistem setoran.
“Perbaikan sistem angkutan umum itu bukan hanya sekadar peremajaan angkutan atau pembukaan koridor baru dan sebagainya, tetapi hal yang paling mendasar adalah menghilangkan sistem setoran,” kata dia saat dihubungi pada Selasa (6/1/2015).
Dengan menghilangkan sistem setoran, bukan jumlah penumpang lagi yang menjadi patokan berapa besar mereka akan mendapatkan uang. “Sekarang yang harus dihitung seharusnya adalah berapa kilometer mereka mengemudikan angkot,” kata dia.
Karena itu, menurut Alvin, pengelolaan angkutan umum perlu dilakukan oleh satu perusahaan profesional. Maka, ia sepakat dengan wacana pemindah pengelolaan bus kota oleh transjakarta dan supirnya dibayar rupiah per kilometer.
“Mau tidak mau ya harus seperti itu kalau mau tidak ngetem. Kalau orientasinya masih penumpang itu uang, tentu mereka akan terus ngetem sembarangan demi cari penumpang lebih banyak,” jelas Alvin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.