Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dishub DKI: APTB Diperlukan oleh Warga Kota-kota Penyangga

Kompas.com - 16/01/2015, 18:59 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Data dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta menyebutkan sejak beroperasi awal 2012, setiap tahun ada 1 juta orang yang menggunakan layanan bus angkutan perbatasan terintegrasi busway (APTB). Mayoritas merupakan warga dari kawasan penyangga.

Kepala Bidang Angkutan Darat Dinas Perhubungan Emanuel Kristianto menilai kehadiran layanan tersebut dianggap menjadi salah satu solusi mengurangi volume kendaraan yang masuk ke Jakarta.

"Perwakilan (pemerintah daerah-daerah penyangga) sekitar Jakarta mengharapkan APTB masih ada. Karena keberadaannya diperlukan oleh masyarakat. Penumpangnya sudah satu juta per tahun. Jadi bisa dibayangkan kalau itu berhenti semua, nanti malah jadi berantakan," kata Emanuel, di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (16/1/2015).

Meski dianggap berperan besar mengurangi volume kendaraan yang masuk ke Jakarta, di sisi lain, Emanuel menilai penerapan sistem setoran pada layanan APTB menjadi salah satu penyebab terganggunya layanan bus transjakarta.

Hal itu diakibatkan perilaku sopir APTB yang sering menaikkan dan menurunkankan penumpang di sembarang tempat. Menurut Emanuel, pada rapat antara Dinas Perhubungan, PT Transjakarta, dan enam operator APTB pada Kamis (15/1/2015) kemarin, para operator APTB sepakat ingin menghapus sistem setoran dan mengikuti pola pembayaran layanan transjakarta, yakni dengan pembayaran rupiah per kilometer.

"Itu nanti ada mekanisme khusus. Itu yang akan kita bahas. Besarannya masih dihitung seperti investasinya dia berapa, jaraknya dia berapa," papar Emanuel.

Emanuel menjelaskan, apabila nantinya besaran tarif rupiah per kilometer untuk APTB telah disetujui, maka penumpang APTB dari halte transjakarta dan di sepanjang jalur busway, maka ia tak perlu lagi membayar dua kali.

"Konsepnya saat penumpang masuk ke halte, mau naik transjakarta atau APTB bayarnya satu kali saja. Misalnya dari Bogor ke UKI Cawang, dia tetap bayar. Tetapi masuk ke dalam koridor busway, penumpang tidak akan bayar," pungkasnya.

Saat ini ada enam operator yang terlibat dalam layanan APTB, yakni PT Anugerah Mas, PT Bianglala Metropolitan, PT Sinar Jaya Megah Langgeng, PT Mayasari Bhakti, PT Hiba Utama, dan Perum PPD.

Adapun jumlah rute yang dilayani mencapai 17 rute. Ketujuh belas rute yang dilayani APTB adalah APTB 01 Bekasi-Pulogadung, APTB 03 Poris Plawad-Tomang, APTB 08 Bekasi-Bundaran HI (PPD), APTB 04 Ciputat-Kota (Bianglala), APTB 05 Cibinong-Grogol, APTB 07 Bekasi-Tanah Abang, APTB 10 Cileungsi-Blok M, dan APTB 13 Pulogadung-Tangerang.

Ada pula APTB 14 Cikarang-Kalideres (Mayasari Bakti), APTB 06 Bogor-Rawamangun, APTB 09 Bogor-Blok M, APTB 11 Bogor-Tanah Abang, APTB 16 Bogor/Bubulak-Grogol (PT Sinar Jaya), APTB 12 Bogor-Tanjung Priok (Hiba Utama), serta APTB 15 Bogor/Ciawi-Grogol, APTB 17 Bogor-Senen, APTB 18 Bogor-Cililitan (PT Anugerah Mas).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com