Menurut Kepala Humas Blue Bird Grup Teguh Wijayanto, turun atau tidaknya tarif taksi merupakan sepenuhnya keputusan Organda (Organisasi Angkutan Darat).
"Harga BBM kan hanya 20 persen dari total perhitungan tarif, harus diperhitungkan juga harga suku cadang dan harga beli unit kendaraan," kata dia saat dihubungi, Sabtu (17/1/2015).
Teguh mengatakan, besaran harga suku cadang dan harga beli unit kendaraan dipengaruhi besar oleh nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Maka selama nilai tukar rupiah masih rendah, harga suku cadang dan harga beli unit kendaraan tetap tinggi.
"Selain itu ada juga tarif dasar listrik dan harga kebutuhan pokok, upah, yang sudah naik. Sehingga penurunan tarif tidak dapat langsung dilakukan begitu harga BBM turun," ujar Teguh.
Teguh mengaku menginginkan tarif taksi yang stabil. Sebab, ia menilai, harga BBM akan terus mengalami fluktuasi dalam beberapa waktu ke depan. "Kalau setiap harga BBM naik tarif juga ikut naik, begitu pula sebaliknya, tentu akan merepotkan baik dari perusahaan maupun penumpang. Maka sebaiknya dibuat stabil saja," ujarnya.
Sopir taksi Blue Bird, Rudi (40) mengaku tak keberatan dengan penurunan tarif taksi. Pria yang sudah 10 tahun menjadi sopir taksi itu berharap, dengan penurunan tarif, penumpang akan semakin banyak.
"Yang jelas selama ini dengan tarif baru penumpang banyak yang protes gara-gara harga bensin turun kok tarifnya enggak turun. Saya jawab, mau bagaimana lagi, kan sudah jadi keputusan Organda dan perusahaan," ujar dia.
Sementara itu, sopir taksi Express Wahid (36) mengatakan, bila tarif taksi turun, kemungkinan persaingan antarperusahaan taksi menjadi menurun. Sebab, dengan kenaikan harga BBM premium dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500 Desember lalu, kebanyakan taksi menggunakan tarif bawah yaitu Rp 7.500 per buka pintu.
"Kalau turun, misalnya jadi Rp 6.500 untuk tarif bawah dan Rp 7.500 untuk tarif atas, kemungkinan enggak semua taksi mau masang tarif bawah, enggak seperti sekarang," kata pria dua anak ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.