"Tapi, karena polusi dan sebagainya, hanya menyisakan satu persen air tawar yang dapat dikonsumsi. Di Jakarta, intrusi air laut telah membuat kondisi air tanah semakin buruk. Air laut bercampur dengan air tanah," ujar Presiden Direktur PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) Jacques Manem di Jakarta, Jumat (26/1/2015).
Selain itu, lanjut Jacques, muka tanah mengalami penurunan akibat eksploitasi air tanah yang tidak dikendalikan. Kepadatan perumahan dan pertumbuhan penduduk juga ikut menyebabkan air tanah rawan tercemar oleh bakteri e-coli akibat limbah rumah tangga.
"Bahkan, tak sedikit juga limbah industri yang mengalir langsung ke sungai dan waduk," katanya.
Jacques mengatakan, air tanah boleh dikonsumsi. Hanya, syaratnya, air tanah untuk konsumsi itu telah dilakukan proses pengujian secara kimiawi dan biologis di laboratorium yang berwenang. Uji laboratorium tersebut untuk mengetahui tingkat higienitasnya.
"Tapi, kuantitas pengambilannya juga perlu diatur supaya tidak merusak lingkungan," ujar Jacques.
Adapun Palyja merupakan operator penyediaan dan pelayanan air bersih untuk wilayah barat Jakarta. Sejak 1998 atau hampir 17 tahun, perusahaan itu tersebut telah mendistribusikan air bersih untuk melayani lebih dari 405 ribu pelanggan.
"Proses desinfektasi kami lakukan dengan pengujian berulang oleh tim laboratorium yang memastikan bahwa kualitas hasil olahan dan bulk water telah sesuai aturan," ujar Jacques.
Peraturan tersebut adalah Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No 492 tahun 2010. Sementara itu, kualitas air bersih di jaringan telah sesuai dengan standar Permenkes no 416 tahun 1990.
Baca: Kenali Lingkungan Sekitar Anda, Ini Modus-modus Pencuri Air!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.