Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Kembali Mengancam

Kompas.com - 02/02/2015, 14:20 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Banjir kembali melanda sejumlah wilayah di Jakarta dan Tangerang setelah hujan turun dengan intensitas sedang-tinggi sejak Sabtu (31/1/2015) malam hingga Minggu (1/2) petang. Namun, diduga karena efek normalisasi sungai, genangan air lebih cepat surut dibanding tahun lalu.

Menurut pantauan, situasi seperti itu tampak di kawasan Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat. Genangan air setinggi 50-60 sentimeter (cm) merendam Jalan Kapuk Raya. Sebagian akses jalan itu ditutup. Genangan air dikhawatirkan membahayakan pengendara kendaraan bermotor.

Akses jalan kawasan Kapuk, dari Jalan Peternakan-Jalan Kapuk Raya terendam air karena saluran penghubung permukiman meluap. Penyebab lain yang memperparah genangan itu adalah penurunan permukaan tanah di kawasan itu.

Budi (28), warga Gang Subur, Kelurahan Kapuk, menuturkan, banjir mulai menggenang sejak Sabtu pukul 20.00. Di dalam gang, ketinggian air mencapai 50-60 cm. Air sempat surut hingga 20-30 cm pada pagi hari. Namun, karena curah hujan yang sangat tinggi, genangan air kembali tinggi.

”Kalau dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, banjir kali ini tidak terlalu parah. Tahun lalu, banjir hingga sedada (1 meter lebih),” ujar Budi.

Cepat surut

Aan (27), warga yang tinggal di lokasi yang sama, mengatakan, banjir kali ini juga lebih cepat surut. Ia menduga surutnya air karena pengaruh normalisasi saluran dan sungai yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta. Namun, upaya normalisasi itu belum sepenuhnya optimal karena belum meminimalisasi potensi banjir.

”Kami sudah terbiasa dengan banjir. Barang-barang berharga sudah dievakuasi ke tempat yang lebih tinggi,” kata Aan.

Sementara itu, warga di Jalan Pejagalan, Kelurahan Kapuk, masih merasakan genangan air yang bercampur dengan limbah kotoran rumah pemotongan hewan ternak. Genangan air memenuhi selokan yang berisi cairan limbah pabrik ataupun kotoran ternak. Akibatnya, bau menyengat muncul terutama pada malam hari.

”Dulu banyak warga kompleks Kapuk Mas sering demo, tetapi sekarang sudah tidak lagi. Kami di sini mencoba beradaptasi saja karena banyak warga yang mencari nafkah dari situ juga,” kata Dewi (37), warga Jalan Pejagalan.

Genangan juga terlihat di Jalan Kyai Tapa, tepatnya di depan Universitas Trisakti. Lalu lintas kendaraan di lokasi tersebut tersendat karena tinggi genangan mencapai 40-50 cm.

Kepala Suku Dinas Tata Air Jakarta Barat Henry Dunant mengatakan, saat ini normalisasi masih menunggu anggaran disahkan oleh DPRD DKI Jakarta. Normalisasi yang dilakukan dalam rangka penanganan banjir sebatas tindakan kecil, seperti pengerukan lumpur di depan Universitas Trisakti. Beberapa saluran penghubung memang belum dinormalisasi karena anggaran belum ada. Selain itu, beberapa saluran penghubung juga akan diperbesar untuk memperlancar aliran air.

”Proyek-proyek besar belum bisa berjalan karena belum ada dana. Proyek prioritas kami pun belum tentu disetujui DPRD,” ujar Henry saat dihubungi, Minggu.

Beberapa proyek prioritas dalam penanganan banjir itu antara lain memperlebar saluran gorong-gorong, pembangunan jalan inspeksi, dan penertiban bangunan. Ada 20-25 titik normalisasi yang akan dikerjakan Sudin Tata Air Jakarta Barat bekerja sama dengan Dinas Tata Air Provinsi DKI Jakarta.

Lokasinya antara lain di Taman Ratu, belakang Kecamatan Tambora, dan kawasan Kota Tua. Sejak Minggu (1/2) pagi, air mulai menggenangi ratusan rumah di Perumahan Nuansa Mekarsari, Mekarsari, Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang, Banten. Air terus naik dan masuk rumah penduduk hingga mencapai ketinggian 1 meter.

Banjir tersebut disebabkan Sungai Hitam meluap di sekitar perumahan tersebut.

”Hujan yang terjadi sejak Sabtu malam hingga Minggu siang menyebabkan air menggenangi rumah warga di sini. Hujannya lama. Hanya dua jam hujan saja kompleks ini banjir, apalagi hujan kali ini sampai berjam-jam. Air masuk sampai setinggi dada (1 meter),” kata Wahyu, warga setempat.

Sementara di Tangerang Selatan, warga mengeluhkan kerusakan sejumlah ruas jalan yang tidak kunjung diperbaiki. Kerusakan parah tersebut antara lain di Jalan Otto Iskandar Dinata, Jalan Siliwangi, dan Jalan H Juanda.

”Jalan rusak berubah menjadi kubangan saat hujan. Saluran air tidak berfungsi sehingga air mengalir menggenangi jalan,” kata Susilo, warga setempat. (DEA/PIN/RAY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com