Kusmedi mengatakan, kasus DBD di Jakarta selama bulan Januari 2015 tercatat ada 265 kasus. Jumlah ini mengalami penurunan bila dibandingkan bulan yang sama pada tahun 2014 yang mencapai 865 kasus, dan 695 kasus pada tahun sebelumnya.
"Angka DBD Januari kemarin lebih rendah dibandingkan bulan Januari tahun lalu. Tetapi saya masih curiga apakah angka ini betul atau ada yang lambat melaporkan. Makanya mulai kemarin saya sudah turunkan tim satgas ke RS dan Puskesmas untuk melakukan penelurusan data tadi," kata Kusmedi, di kantornya, Rabu (4/2/2015).
Menurut Agus, karena penurunan tersebut Pemerintah Provinsi DKI Jakarta belum menyatakan status KLB DBD di wilayahnya. Kata dia, kondisi ini merupakan yang pertama kalinya sejak 1998.
"Status KLB DBD terakhir terjadi di Jakarta pada tahun 1998. Saya ingat waktu itu masih bertugas di RSUD Koja, sampai buka aula untuk menampung pasien DBD. Sejak itu, rasanya belum pernah DBD lagi," ucap Kusmedi. [Baca: Ahok Klaim Peredaran Penyakit DBD di Jakarta Menurun]
Meski belum begitu percaya jumlah kejadian DBD di Jakarta mengalami penurunan, Kusmedi menilai sistem pencegahan penyebarluasan DBD yang dilakukan di Jakarta sudah bagus.
Ia menjelaskan, saat ini setiap rumah sakit yang merawat pasien DBD akan langsung melakukan rekam medis yang langsung terkoneksi secara online ke Dinas Kesehatan.
Dinas Kesehatan kemudian akan melakukan verifikasi data berdasarkan by name by address sehingga bisa langsung dilihat oleh Puskesmas yang kemudian akan menurunkan timnya ke lapangan untuk melihat rumah pasien dengan melakukan penyelidikan epidomologi.
"Bila dari hasil penyelidikan ditemukan positif DBD, maka akan dilakukan tindakan pemberantasan sarang nyamuk disertai fogging (penyemprotan)," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.