Ketua Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat (PB2M) Cawang, Mulya Disurya, mengatakan kelompok penanggulangan bencana ini berawal dari pesan singkat (SMS). Awalnya, Mulyadi hanya meminta informasi dari staff Dinas PU Jakarta Timur mengenai ketinggian tiga pintu air, di antaranya Bendung Katulampa, Pintu Air Depok, dan Pintu Air Manggarai.
Hal ini karena ketinggian ketiga pintu air itu yang paling mempengaruhi banjir di wilayahnya. "Setelah itu saya dengan warga lain keliling dengan sepeda dan megaphone di tangan. Lalu kita beri pengumuman," ujar Mulyadi di Cikini, Rabu (11/2/2015).
Mulyadi mengatakan dengan begitu, warga bisa mengetahui kondisi terkini ketinggian air. Jika tinggi muka air di ketiga pintu air itu sudah memasuki siaga II, Mulyadi dan timnya meminta warga untuk mengungsi.
Namun ini saat ini Mulyadi tidak menggunakan sepeda untuk berkeliling lagi melainkan menggunakan pengeras suara saja. "Ciri khasnya itu kita ketok tiga kali lalu kita umumkan tinggi air Katulampa, Depok, dan Manggarai. Itu sudah terdengar sampai ke Kalibata," ujar Mulyadi.
Ketika banjir sudah melanda, Mulyadi bersama timnya yang kebanyakan terdiri dari anak muda ini juga akan berkeliling rumah warga. Rumah itu kebanyakan telah ditinggal penghuninya untuk mengungsi.
Uniknya, Mulyadi berkeliling dengan ban, dalam bukan perahu karet. Hal ini karena gang-gang di pemukiman itu begitu kecil hingga tidak cukup dimasuki perahu karet. Sehingga, gudang-gudang penyimpanan penanggulangan banjir yang ada di rumah Mulyadi kebanyakan diisi ban dalam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.