Agus mengatakan, dalam peristiwa tersebut, tak ada sama sekali saksi mata yang melihat saat Hermawan terjatuh dari motornya. Padahal, jalan layang UI adalah akses utama yang menghubungkan Depok dan Jakarta. (Baca: Waspadai Modus Baru Begal Sepeda Motor)
"Kalau tidak ada saksi, kita tentu bertanya-tanya. Logikanya, kalau terjadi di jalan utama, pasti ada orang yang melihat. Setidak-tidaknya pasti ada yang melihat. Seperti di depan BSI dan Juanda (dua peristiwa begal dengan korban tewas)," kata Agus kepada Kompas.com, Sabtu (14/2/2015).
Tak hanya itu, Agus juga meragukan adanya tali pancing yang melintang di lokasi tersebut. Sebab, kata dia, jalan layang UI adalah jalan yang tergolong selalu ramai oleh kendaraan. Terlebih lagi, peristiwa ini dikabarkan terjadi saat subuh.
Dengan demikian, kata Agus, tidak mungkin apabila ada orang yang sempat memasang tali melintang di atas jalan dengan mengikatnya di kedua pohon yang saling berseberangan.
"Apakah mungkin ada yang membentangkan dari pohon ke pohon? Wajar enggak sih ada benang terbentang di jalan yang notabene jalannya itu jalan utama. Logikanya, jalan itu kan jalan ramai. Itu sepersekian detik selalu ada mobil dan motor yang lewat. Kecuali kalau terjadinya di Jalan Kampung, ya wajarlah," paparnya.
Sebagai informasi, Hermawan, petugas Pengamanan Dalam DPR RI, mengaku tak tahu pasti apakah dirinya benar-benar menjadi korban begal sepeda motor atau tidak. Yang pasti, kata dia, saat itu ia baru pulang bertugas menjaga keamanan di Gedung DPR yang beragendakan rapat penentuan untuk hal-hal yang diparipurnakan.
Saat kejadian, Hermawan mengendarai sepeda motor Honda Revo warna hitam merah milik atasannya untuk menuju rumahnya di Kampung Sugutamu, Sukmajaya. Saat melewati jalan layang UI, tiba-tiba saja motornya terjatuh dan tubuhnya terempas keras dengan posisi wajah menghadap aspal. Saat itu, kata Hermawan, cuaca sedang gerimis dan situasi jalanan memang sepi.
"Motor saya nyusruk dan saya jatuh dengan posisi telungkup, badan dan wajah menghadap aspal. Yang saya ingat saat itu memang gerimis. Badan saya terlempar agak jauh ke depan sebelah kiri," kata dia seperti dikutip dari Warta Kota.
Setelah itu, Hermawan mengaku tak sadarkan diri. Setelah pingsan beberapa saat dan diperkirakan sekitar setengah jam, Hermawan lalu tersadar di lokasi kejadian. "Saat itu orang sudah ramai mengerubungi saya. Kata mereka, saya dikira sudah tewas dan jadi korban begal motor," kata Hermawan.
Kepada belasan orang yang mengerubunginya, Hermawan menanyakan di mana sepeda motor yang dikendarainya. "Kata mereka, saat saya ditolong, tidak ada sepeda motor. Namun karena saya pakai helm, mereka mengira saya korban begal motor. Kata orang-orang di sana, lokasi itu memang rawan begal," tutur dia.
Saat ditemui Warta Kota, dua perban menempel di pipi sebelah kiri wajah Hermawan. Selain itu, luka gores juga masih tampak jelas di hidung, di pipi kanan, hingga ke telinga kirinya. "Semua jari tangan saya serta kaki dan badan juga masih ada luka goresan. Untuk dua perban kapas di pipi, ini karena pipi saya robek dan harus dijahit. Gak tahu ada berapa jahitan," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.