Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Operasi Pasar dan Koperasi Belum Sistemik

Kompas.com - 23/02/2015, 20:48 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah akan terus berupaya mengendalikan harga beras dengan cara mendistribusikannya melalui operasi pasar. Tak hanya itu, koperasi pasar yang siap dapat membantu penyaluran. Namun, kedua metode penyaluran tersebut sebaiknya bersifat sistemik.

Direktur Institute for Development of Economics and Finance Enny Sri Hartati berpendapat, operasi pasar yang sudah dilakukan belum menyeluruh ke seluruh daerah.

”Saat ini, operasi pasar hanya dilakukan di 50 titik daerah dan 12 pasar di Jabodetabek. Padahal, melambungnya harga beras berdampak pada kenaikan kebutuhan pangan pokok lainnya. Seluruh daerah di Indonesia mengalaminya,” tutur Enny, Minggu (22/2).

Dengan demikian, operasi pasar seperti itu mirip dengan pasar murah. Padahal, jika pemerintah mau menjalin kerja sama dengan daerah, operasi pasar akan lebih efektif untuk mengendalikan harga beras.

Kerja sama itu bisa dimulai dari pemetaan daerah pasokan, jalur distribusi, dan kendala yang dihadapi. Cara itu dapat menjadi acuan mengetahui penyebab melambungnya harga sehingga langkah yang diambil bersifat sistemik dan jangka panjang. ”Kalau pemerintah pusat dan daerah bekerja sama, intervensi terhadap harga beras akan kuat sehingga mau tidak mau pedagang akan menurunkan harga,” kata Enny.

Ia mengkritik kebijakan pelibatan koperasi pasar untuk membantu penyaluran. Pasalnya, koperasi yang ada sudah banyak yang beralih fungsi dari distributor beras ke simpan pinjam. Ada pula pasar yang tidak memiliki koperasi. ”Pemerintah seharusnya mengeluarkan instrumen dasar kebijakan yang terarah. Saya khawatir kedua metode tersebut justru diminati oleh pedagang yang hanya menginginkan keuntungan semata,” tuturnya.

Bulog harus memantau

Pengamat ekonomi Ryan Kiryanto berpendapat, Bulog harus tetap memantau perkembangan harga di pasar dan pasokan beras. Pemantauan pasokan bertujuan agar tidak terjadi kekurangan. ”Pasokan harus tetap tersedia. Daerah-daerah kantong kemiskinan harus mendapat perhatian lebih karena rawan terjadi inflasi lokal. Inflasi ini, apabila dibiarkan, akan menyebabkan inflasi nasional,” katanya.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Srie Agustina menyampaikan, melambungnya harga beras di sejumlah daerah disebabkan oleh panen beras belum terjadi secara merata. Hal ini membuat spekulan bermunculan.

”Puncak panen itu terjadi Maret-April. Ketika panen raya, pasokan melimpah dan harga bisa turun. Melambungnya harga hanya terjadi pada Februari. Kami lakukan operasi pasar dan penyaluran lewat koperasi agar masyarakat bisa memperoleh beras dengan harga murah dan stok mereka aman,” tutur Srie.

Dia menyebutkan, selama bulan Februari, rata-rata harga beras di Pulau Jawa Rp 9.439 per kilogram dan luar Jawa Rp 9.867 per kilogram. Harga rata-rata nasional Rp 9.789 per kilogram. Meski begitu, pemerintah menemukan daerah yang menjual beras seharga Rp 12.000.

Banyak pihak diyakini bermain sehingga harga beras melambung dan penyaluran beras Perum Bulog tak tepat sasaran. (Mediana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Dufan On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Dufan On The Spot?

Megapolitan
Rute Transjakarta 2E Rusun Rawa Bebek-Penggilingan via Rusun Pulo Gebang

Rute Transjakarta 2E Rusun Rawa Bebek-Penggilingan via Rusun Pulo Gebang

Megapolitan
Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com