Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Syarat Jadi Pandu Jalan, Pasukan Pengurai Macet Jakarta

Kompas.com - 24/02/2015, 08:11 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Inisiator Pandu Jalan Rusdi Hanto Darmawan memiliki kriteria tertentu dalam menyeleksi para pasukannya. Semua kriteria yang dibuat Rusdi memiliki maksud dan tujuan tertentu.

"Saya minta kriteria tinggi harus 170 sentimeter," ujar Rusdi di Cideng, Senin (23/2/2015). Pandu Jalan merupakan masyarakat sipil yang dilatih secara profesional untuk membantu mengatur arus lalu lintas.

Rusdi mengatakan kriteria tinggi badan itu bukan tanpa tujuan. Dengan badan setinggi 170 cm, para Pandu Jalan sudah lebih terlihat seperti orang dewasa. Sehingga, ketika menegur pengguna jalan, mereka tidak diremehkan.

"Kalau Pandu Jalannya kecil, misalnya sopir bajaj ditegur, paling dia ngeremehin. 'Ah anak kecil lu'," ujar Rusdi.

Selain itu, Rusdi mengatakan para Pandu Jalan minimal harus lulusan SMA dan tidak boleh buta warna. Hal ini, tentunya untuk menunjang kegiatan para Pandu Jalan yang sering bertugas di traffic light dan beracuan pada rambu lalu lintas.

Pandu Jalan juga harus sehat dan kuat secara fisik. Ini karena pekerjaan mereka yang selalu berada di bawah paparan sinar matahari. Begitu pun ketika hujan. Pandu Jalan tetap harus turun tangan.

Rusdi menegaskan Pandu Jalan tidak boleh terlalu kurus dan terlalu gemuk. Alasannya, berkaitan dengan tindak kriminal yang kerap terjadi di jalan. Rusdi memberi contoh ketika terjadi kecelakaan.

Saat ini, kata Rusdi, banyak pihak yang mengambil kesempatan di kesulitan orang lain. Orang yang kecelakaan sering dicuri barang-barangnya dengan modus memberi pertolongan.

"Nah daripada dibantu sama yang anting-anting gede itu, Pandu Jalan bisa bantu. Dijamin aman. Dan itu lah, badan mereka enggak boleh kurus supaya bisa bikin takut preman-preman itu," ujar Rusdi.

Pandu Jalan sudah bertugas sejak Mei 2014. Saat ini pun mereka sudah bermitra dengan Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya dan juga Dinas Perhubungan DKI Jakarta. Rusdi mengatakan Pandu Jalan efektif dalam mengurangi waktu tempuh jalan.

Akan tetapi, belum banyak Pandu Jalan yang diturunkan di jalan sampai saat ini. Jumlah pemuda yang mau menjadi Pandu Jalan hanya enam orang saja. Sehingga, mereka bersiaga bergantian di titik-titik macet tiap harinya.

Padahal, jika armada Pandu Jalan lebih banyak lagi, Rusdi yakin kemacetan bisa terurai lebih cepat.

"Kalau kami sampai ratusan, saya jamin akan mengurangi waktu tempuh hingga 30 persen," ujar Rusdi.

Untuk mendukung program ini, kata Rusdi, dia mendapat bantuang dari perusahaan swasta lain untuk menggaji para Pandu Jalan. Saat ini, baru OrangTua Group yang membantu program Rusdi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Masih Dalami Motif Oknum Sopir Grab Culik dan Peras Penumpang

Polisi Masih Dalami Motif Oknum Sopir Grab Culik dan Peras Penumpang

Megapolitan
Momen Peserta Sanlat Ekspresi Baznas Diminta “Push Up” Karena Ketiduran saat Ada Seminar

Momen Peserta Sanlat Ekspresi Baznas Diminta “Push Up” Karena Ketiduran saat Ada Seminar

Megapolitan
Polisi Amankan 1 Mobil sebagai Barang Bukti Kasus Pemerasan yang Dilakukan Sopir Grab

Polisi Amankan 1 Mobil sebagai Barang Bukti Kasus Pemerasan yang Dilakukan Sopir Grab

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Tangerang Hari Ini, 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Tangerang Hari Ini, 29 Maret 2024

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Depok Hari Ini, Jumat 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Depok Hari Ini, Jumat 29 Maret 2024

Megapolitan
Seorang Ibu Diduga Menipu, Jual Cerita Anak Sakit lalu Minta Uang Rp 300.000

Seorang Ibu Diduga Menipu, Jual Cerita Anak Sakit lalu Minta Uang Rp 300.000

Megapolitan
Polisi Tangkap Sopir Grab yang Culik dan Peras Penumpangnya Rp 100 Juta

Polisi Tangkap Sopir Grab yang Culik dan Peras Penumpangnya Rp 100 Juta

Megapolitan
Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Megapolitan
Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Megapolitan
Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Megapolitan
Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Megapolitan
Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Megapolitan
Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Megapolitan
Cerita Ridwan 'Menyulap' Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Cerita Ridwan "Menyulap" Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com