Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok Dinilai Terlalu Banyak Berwacana

Kompas.com - 26/02/2015, 10:27 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam upaya mengurangi kemacetan di Jakarta, Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama dinilai terlalu banyak berwacana ketimbang realisasi. Hal tersebut disebabkan sampai sejauh ini belum ada satu pun wacananya di bidang transportasi yang bisa direalisasikan.

Hal yang paling disoroti adalah layanan bus transjakarta, terutama yang terkait dengan rencana pengadaan bus buatan Eropa dan sterilisasi jalur transjakarta (busway). "Gubernur Ahok masih banyak terbatas pada wacana saja dalam pembenahan transportasi di Jakarta. Belum ada hal konkret yang dapat dirasakan oleh masyarakat," kata Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran) Darmaningtyas kepada Kompas.com, Kamis (26/2/2015).

Pada rencana pengadaan bus baru, Darmaningtyas menganggap kinerja PT Transjakarta (TJ) lamban. Sebab, dari sejak terbentuk pada 27 Maret 2014 sampai hari ini, perusahaan tersebut belum juga dapat merealisasikan wacana-wacana Ahok yang berniat mendatangkan bus-bus baru buatan Eropa.

"Transisi dari UPT ke PT TJ ternyata tidak semulus yang diucapkan. Dulu katanya dibentuk BUMD agar geraknya bisa cepat, tetapi ternyata sama saja," ujar pria yang akrab disapa Tyas itu.

"Bus transjakarta Koridor 2-7 yang seharusnya sudah harus diganti karena sudah lebih dari tujuh tahun sehingga busnya sekarang sudah uzur dan tidak nyaman, juga belum ada tanda-tanda diremajakan," tambah dia.

Untuk sterilisasi jalur transjakarta, Tyas menyoroti wacana Ahok yang hendak menerapkan busway berbayar untuk kendaraan pribadi. Ia menilai rencana tersebut sangat kontras dengan harapan dari masyarakat pengguna transjakarta yang telah lama mengidam-idamkan perjalanan bus yang lancar tanpa hambatan.

"Sampai saat ini, busway belum ada satu pun yang steril. Wacana Ahok itu contoh buruk dan patut diberi nilai minus 5 karena itu sama saja membuyarkan konsep busway," ucap Tyas.

Ia beranggapan, belum adanya pembenahan yang signifikan terhadap layanan bus transjakarta itulah yang menyebabkan terjadinya penurunan penumpang transjakarta. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh PT Transjakarta pada ulang tahun layanan transjakarta ke-11 pada 15 Januari yang lalu, tahun 2011 menjadi tahun puncak jumlah penumpang tertinggi dengan 114,7 juta penumpang.

Setelah itu, jumlah penumpang bus transjakarta tak pernah lagi mencapai angka tersebut. Pada 2012, jumlah penumpang transjakarta hanya mencapai 111,2 juta. Pada 2013, jumlah penumpang sempat mengalami penambahan menjadi 112,5 juta. Namun, pada 2014, jumlahnya turun menjadi 111,6 juta.

"Selama tiga tahun lebih, termasuk 100 hari bersama Wagub Djarot, kalau disuruh memberikan nilai, saya beri nilai minus 5, bukan 5 karena layanan transjakarta mengalami kemunduran dibandingkan dengan pada masa Sutiyoso (Gubernur DKI yang merintis layanan transjakarta) dulu," ujar Tyas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kebakaran Toko Bingkai Saudara Frame Padam, Arus Lalin Jalan Mampang Prapatan Kembali Normal

Kebakaran Toko Bingkai Saudara Frame Padam, Arus Lalin Jalan Mampang Prapatan Kembali Normal

Megapolitan
Sebelum Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Ada Percikan Api Saat Pemotongan Kayu

Sebelum Toko "Saudara Frame" Terbakar, Ada Percikan Api Saat Pemotongan Kayu

Megapolitan
Kondisi Karyawan Selamat dari Kebakaran Saudara Frame, Salah Satunya Luka Bakar Hampir di Sekujur Tubuh

Kondisi Karyawan Selamat dari Kebakaran Saudara Frame, Salah Satunya Luka Bakar Hampir di Sekujur Tubuh

Megapolitan
Polisi: Ada Luka di Dada dan Cekikan di Leher Jasad Perempuan di Pulau Pari

Polisi: Ada Luka di Dada dan Cekikan di Leher Jasad Perempuan di Pulau Pari

Megapolitan
144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan, Terbanyak di Jaktim

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan, Terbanyak di Jaktim

Megapolitan
Wanita Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari, Polisi Periksa 3 Teman Dekat Korban

Wanita Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari, Polisi Periksa 3 Teman Dekat Korban

Megapolitan
Cerita Warga Habiskan Uang Jutaan Rupiah untuk Bagi-bagi THR di Hari Lebaran

Cerita Warga Habiskan Uang Jutaan Rupiah untuk Bagi-bagi THR di Hari Lebaran

Megapolitan
Anggota DPRD Pertanyakan Besaran Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Anggota DPRD Pertanyakan Besaran Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Tewas Terjebak Kebakaran, Keluarga Pemilik 'Saudara Frame' Tinggal di Lantai Tiga Toko

Tewas Terjebak Kebakaran, Keluarga Pemilik "Saudara Frame" Tinggal di Lantai Tiga Toko

Megapolitan
Kadis Dukcapil: 92.432 NIK Warga Jakarta Bakal Dinonaktifkan Awal Pekan Depan

Kadis Dukcapil: 92.432 NIK Warga Jakarta Bakal Dinonaktifkan Awal Pekan Depan

Megapolitan
Sayur-mayur Membawa Berkah, Sarmini Bisa Menyekolahkan Anaknya hingga Sarjana

Sayur-mayur Membawa Berkah, Sarmini Bisa Menyekolahkan Anaknya hingga Sarjana

Megapolitan
Petugas Beberkan Sulitnya Padamkan Api yang Membakar Toko Bingkai Saudara Frame Mampang

Petugas Beberkan Sulitnya Padamkan Api yang Membakar Toko Bingkai Saudara Frame Mampang

Megapolitan
Polisi Ungkap Ada Karyawan Semprot Bensin untuk Usir Rayap Sebelum Kebakaran Saudara Frame Mampang

Polisi Ungkap Ada Karyawan Semprot Bensin untuk Usir Rayap Sebelum Kebakaran Saudara Frame Mampang

Megapolitan
Warga DKI yang NIK-nya Dinonaktifkan Bisa Ajukan Keberatan ke Kantor Kelurahan

Warga DKI yang NIK-nya Dinonaktifkan Bisa Ajukan Keberatan ke Kantor Kelurahan

Megapolitan
Jasad 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Dibawa ke RS Polri Kramatjati

Jasad 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Dibawa ke RS Polri Kramatjati

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com