Susanto juga melanjutkan bahwa anak yang terlahir dari keluarga bermasalah berpotensi menimbulkan pribadi yang bermasalah. "Minimal tumbuh kembangnya kurang optimal," katanya.
Faktor yang ketiga, menurut Susanto, yaitu cara berpikir anak yang serba instan. Sebagian anak yang berfikir secara instan itu hanyalah dampak dari euforia sebagian kelompok masyarakat Indonesia yang juga memiliki kuktur serba instan.
"Anak demikian hanyalah korban. Perilaku pembegalan hanyalah bagian kecil dari cara berfikir instan. Ia ingin mendapatkan sesuatu dengan cara instan," ungkap Susanto.
Adapun faktor lainnya yaitu dampak dari bullying (perlakuan kekerasan). Menurut Susanto hampir di setiap sekolah di Indonesia ada bibit kekerasan. Faktor terakhir, sambung Susanto, yaitu sebagai dampak dari tontonan kekerasan.