Unjuk rasa ini dimulai jam 13.45 WIB di bawah rintik hujan. Terdapat satu mobil bak terbuka yang digunakan para mahasiswa untuk berorasi.
Beberapa mahasiswi cantik berdiri membuat barisan di depan pagar gedung DPRD. Mereka mengenakan kaos putih dengan tulisan "Save Ahok Jakarta" berwarna merah. Tulisan Ahok dicoret sehingga maknanya menjadi "Save Jakarta". Tidak ada kata-kata yang keluar dari bibir mereka.
"Kami mendorong agar DPRD DKI segera memparipurnakan hak angket karena itu satu-satunya cara menurunkan Ahok (sapaan Basuki). Ahok bukan pemimpin yang baik," kata koordinator aksi Sirojudin (23), yang berdiri di belakang mahasiswi-mahasiswi itu.
Sirojudin menilai, cara bicara Basuki saat diwawancara oleh salah satu stasiun televisi swasta telah mengecewakan warga DKI Jakarta. Pasalnya, tidak seharusnya seorang pemimpin berbicara "bahasa toilet" seperti itu.
Selain itu, dia juga melihat ada indikasi KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) yang dilakukan Basuki dengan menyertakan istri dan adiknya untuk memimpin rapat. Mereka juga memprotes pemilihan Direktur Utama salah satu BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) yang dianggap mendapat intervensi dari Basuki.
Mahasiswa yang tergabung dalam aliansi ini adalah dari Universitas Yarsi, BSI, LP3I, Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dan Mercubuana. Unjuk rasa ini hanya dijaga beberapa personel polisi karena massa yang tidak terlalu banyak. Kegiatan tersebut juga tidak mengganggu arus lalu lintas di Jalan Kebon Sirih ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.