Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sterilisasi Transjakarta dan Citra Polisi

Kompas.com - 27/03/2015, 05:25 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus kendaraan yang tersenggol akibat menerabas jalur transjakarta bukan cerita baru. Kejadian tersebut puluhan kali terjadi, bahkan tak jarang timbul korban meninggal.

Belakangan kasus kendaraan lain menerabas jalur transjakarta mencuat kembali. Kali ini tak seperti biasa, polisi, Brigadir M, malah memarahi pengemudi transjakarta yang diadukan oleh pengendara motor.

Alasannya belum jelas, namun, dari keterangan yang dihimpun polisi dari Birgadir M, pengendara motor tersebut terserempet bus transjakarta.

"Sebenarnya sudah jelas aturan hukumnya, jalur khusus bus transjakarta. Hanya bus yang boleh lewat situ. Enggak perlu menafsirkan aneh-aneh," kata pengamat Transportasi Publik Universitas Indonesia, Alviansyah, Kamis (26/3/2015).

Alvin mengakui jalur transjakarta merupakan 'idol' di mata pengendara mobil atau motor. Karena saat jam-jam sibuk, jalur-jalur tersebut biasanya kosong.

"Sementara itu, kendaraan jalur di sampingnya terkungkung dengan kemacetan," kata Alviansyah. [Baca: Alasan Polisi Bela Pengendara Motor yang Diserempet Transjakarta]

Maka dari itu, kata Alviansyah, pengelola transjakarta harus menambah frekuensi penggunaan jalur Sebab, hal itu dapat merapatkan jalur dan menghindari pemakaian yang bukan transjakarta.

"Coba ditingkatkan lagi frekuensi pengunaannya. Dua sampai tiga menit saat jam sibuk. Itu kan cukup rapat. Intinya, bagaimana menciptakan jalur khusus yang tidak digunakan orang," kata Alviansyah.

Citra polisi

Alviansyah mengakui kepolisian sedang memperbaiki citranya. Namun, di tengah perbaikan yang dilakukan kepolisian, nyatanya masih ada petugas kepolisian yang malah menohok citra institusinya sendiri.

Kendati demikian, Alviansyah menilai, perilaku Brigadir M bisa jadi pelajaran bagi aparat kepolisian itu sendiri.

Ia tak menampik dalam tubuh kepolisian masih banyak yang belum memahami aturan mengenai sterilisasi transjakarta. "Ya berkaitan tindakan kepolisian ini, namanya juga kan manusia. Ada yang baik, kurang baik dan kurang paham. Bisa jadi cerminan ke polisi sendiri lah," kata Alviansyah.

Dia memahami jumlah petugas kepolisian terbatas. Sehingga, masyarakat juga harus menghilangkan persepsi bahwa semakin banyak anggota kepolisian di jalanan, maka semakin bagus.

"Ada mindset begini, tertib kalau ada petugas. Padahal, sedikit polisi di lapangan, makin bagus. Artinya kesadaraan semua pihak," ujar Alviansyah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Megapolitan
Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com