Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RS Singapura Berikan Fakta Baru untuk Kasus Kekerasan Seks di JIS

Kompas.com - 27/03/2015, 18:36 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Dugaan kekerasan seksual yang melibatkan Neil Bantleman dan Ferdinant Tjiong, dua guru Jakarta International School (JIS), terhadap tiga siswanya, yakni MAK, DA, dan AL, memasuki babak baru. Keduanya didukung dengan adanya laporan medis yang menyebutkan pada salah satu anus korban, AL, tidak ditemukan bukti adanya sodomi.

Laporan tersebut dikeluarkan Rumah Sakit KK Women’s and Children’s Hospital Singapore, yang sudah dilengkapi dengan dokumen asli putusan High Court of Singapore atau Order of Court Nomor: S 779/2014 tanggal 11 Februari 2015. 

Laporan itu menyebut bahwa anus dari AL, salah satu korban, normal dan tidak ada ciri-ciri mendapat perlakuan sodomi. Di rumah sakit tersebut, pemeriksaan dilakukan secara anuskopi, yakni anak harus dibius total (anestesi) sehingga tim dokter dapat memeriksa bagian anus secara jelas dan lengkap.

Berbanding terbalik seperti yang dilakukan oleh tim dokter di Indonesia yang melakukan pemeriksaan medis terhadap korban.

"Tindakan ini tidak dilakukan oleh dokter di Indonesia karena mereka tidak melakukan bius kepada anak sehingga tidak mungkin dilakukan pemeriksaan anuskopi secara lengkap," kata salah satu tim kuasa hukum Neil dan Ferdi, Mahareska Dillon, Kamis (26/3/2015).

Dari laporan medis ini, kata Dillon, semakin membuka tabir bahwa kedua guru JIS tersebut tidak melakukan kekerasan seksual.

Ia juga mengatakan kasus ini semakin terlihat dipaksakan dalam proses di peradilan sehingga cenderung adanya fitnah terhadap dua terduga guru pelaku kekerasan seksual di JIS.

"Setelah sekian lama berjalan, kini semakin terang bahwa kasus ini sangat dipaksakan karena tidak didukung bukti yang kuat. Kalau bukti-buktinya dipaksakan dan kesaksian dari saksi ahli juga tidak kuat, ini menjadi sebuah fitnah kejam tidak hanya kepada kedua terdakwa, juga kepada profesi mereka sebagai guru," kata Dillon.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

Megapolitan
3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang adalah ART

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang adalah ART

Megapolitan
Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com