Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena "Bully" Polisi dan Janji untuk Introspeksi Diri

Kompas.com - 01/04/2015, 05:36 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Media sosial sudah menjadi sarana hampir setiap orang untuk mengungkapkan pendapat, bahkan untuk bersikap kritis terhadap aparat penegak hukum, termasuk polisi. Tak jarang, netizen pun melontarkan cacian, bahkan makian sehingga terkesan memberikan perundungan (bully) kepada polisi.

Namun, seiring penggunaan media sosial yang masif, polisi seakan tidak punya pilihan untuk menjawab perundungan dari netizen, kecuali dengan terus berusaha memperbaiki kinerja.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Martinus Sitompul mengakui hal tersebut. Menurut dia, meskipun perundungan di media sosial tersebut tidak selalu sesuai dengan fakta di lapangan, setidaknya fenomena ini bisa menjadi pelajaran bagi kepolisian.

"Kami jadi tahu, harapan masyarakat untuk melihat polisi benar, bersih, itu tinggi. Namun, jangan tidak mau disalahkan, polisi harus lebih introspeksi," tutur Martinus, Jumat (27/3/2015) di Jakarta.

Martinus menuturkan, bully di media sosial akan membuat polisi menjadi lebih mawas diri untuk melakukan tugas. Alhasil, mereka seharusnya menjadi lebih tahu bahwa pelaksanaan tugas itu tidak mudah.

"Itu akan membuat polisi merasa harus terus memperbaiki diri," ujar Martinus.

Karena itu, kata dia, kepolisian menyambut baik upaya masyarakat untuk membuat video atau rekaman yang menunjukkan kinerja yang kurang baik. Dengan demikian, hal itu dapat dijadikan bahan introspeksi.

Menurut Martinus, penyampaian kritik melalui media sosial memang merupakan cara termudah yang dapat dilakukan. Pasalnya, dengan usaha yang mudah, respons yang didapat luar biasa.

"Bandingkan kalau dia melapor, tenaganya lebih banyak kan? Waktunya juga lebih banyak terbuang, jadi lebih mudah menyampaikan lewat media sosial," kata mantan Kabid Humas Polda Jawa Barat ini.

Bully polisi lalu lintas

Jika berkaca dari perundungan terhadap polisi, yang terjadi belakang ini, kebanyakan mengarah kepada polisi lalu lintas. Misalnya, video polisi marah-marah di transjakarta yang diduga karena membela pengendara sepeda motor. Video tersebut diunggah ke YouTube sehingga mengundang komentar negatif dari netizen.

Contoh lainnya, sebuah tulisan "curhat" seorang pengemudi mobil yang mengaku mendapat kata-kata rasial dari seorang polisi. Tulisan itu diunggah di Facebook, dan lagi-lagi menuai banyak komentar bernada bully.

Persinggungan antara polisi lalu lintas dan masyarakat memang kerap terjadi. Pasalnya, polisi lalu lintas-lah yang berhadapan langsung dengan masyarakat, khususnya pengguna jalan.

Sementara itu, jumlah pelanggar lalu lintas masih sangat banyak. Pada Februari 2015 saja, Polda Metro Jaya mencatat ada 77.091 pelanggaran yang disertai surat tilang. Dengan demikian, rata-rata terdapat 2.753 pelanggaran lalu lintas per hari.

"Padahal, tidak ada orang yang mau disalahkan. Banyak orang yang membela diri saat dibilang bersalah," ucap Martinus.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com