Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tersangka Pembuat Air Zamzam Palsu Raup Omset Miliaran Rupiah per Bulan

Kompas.com - 03/04/2015, 23:57 WIB
Tangguh Sipria Riang

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Peluang bisnis air zamzam palsu ternyata sangat menggiurkan. Hanya bermodalkan air mineral galon seharga Rp 15 ribu, setelah dikemas ulang menjadi air zamzam palsu, nominalnya bisa melonjak hingga miliaran rupiah per bulan.

Seperti penuturan salah satu tersangka, NS (40) kepada Kompas.com. "Sehari, kita bisa produksi sampai 100 galon. Air mineral itu kita salin ke kemasan yang telah disiapkan sebagai air zamzam," ungkap NS di Polrestro Jakarta Pusat, Kamis (2/4/2015) lalu.

Rinciannya, satu galon air mineral yang digunakan tersangka berkapasitas 19 liter. Lalu, air mineral tersebut dituangkan ke wadah galon mini kapasitas lima liter, jeriken lima dan satu liter, serta botol kecil ukuran 330 mililiter (ml). Pantauan Kompas.com, khusus kemasan galon mini kapasitas lima liter tersebut memang dikemas spesial. Selain dibungkus plastik bertuliskan bahasa inggris "Zamzam Water" dan bahasa Arab, lengkap dengan tempat menulis nama dan alamat.

Lalu, galon mini tersebut dimasukkan ke dalam dus yang juga bertuliskan bahasa Arab, sebelum disegel dengan stiker. Menariknya, di bagian luar dus, stiker sekaligus segel yang digunakan bertuliskan bandara internasional Soekarno Hatta berikut kode penerbangan CKG (Cengkareng). Seolah-olah, air zamzam isi ulang tersebut memang produk impor dan didatangkan langsung dari Arab Saudi.

"Makanya lebih mahal. Karena pakai dus dan stiker bandara (CKG)," lanjut pria asal Jepara tersebut.

Dalam menentukan harga, tersangka juga membedakannya dari bentuk kemasan yang disiapkan. Galon mini kapasitas lima liter dengan kemasan kardus dan berstiker bandara, dibanderol seharga Rp 400 ribu. Lalu, jeriken berkapasitas sama (lma liter) berbungkus plastik, hanya dihargai Rp 75-125 ribu. Sedangkan kemasan jeriken satu liter dihargai Rp 25 ribu dan botol kecil 330 ml, di patok harga Rp 10 ribu.

Dengan harga sebesar Rp 400 ribu, untuk produksi 100 galon per hari, para tersangka sanggup memproduksi air zamzam palsu hingga mencapai Rp 152 juta. Angka tersebut berasal dari 380 jeriken kapasitas lima liter yang didapat dari seratus galon berkapasitas 19 liter. Artinya, jika dikalikan sebulan atau 30 hari, maka jumlah produksi air zamzam impor eksklusif kapasitas lima liter seharga Rp 400 ribu, tembus Rp 4,56 miliar!

Angka tersebut belum termasuk dengan produksi jeriken kemasan plastik ukuran lima dan 1 liter atau kemasan botol 330 ml. Itu pun belum termasuk, produksi madu Arab Al Shifa palsu seharga Rp 75-100 ribu dan minyak Zaitun merk Le Riche seharga Rp 10 ribu.

"Memang fokusnya, air zamzam impor, Mas," lanjutnya.

NS mengaku tidak sendiri dalam mengerjakan kemasan air zamzam galon tersebut. Bapak beranak tiga itu dibantu dua karyawan lainnya, yang diketahui anak buah tersangka MH, di rumah toko (ruko) kediaman sang majikan di Kramat Jati, Jakarta Timur. Ruko tersebut, kata NS, sebetulnya menjual buah kurma. Hanya saja, di dalamnya terdapat aktifitas pengemasan ulang air zamzam palsu. Sekilas, ruko tersebut terlihat seperti ruko biasa pada umumnya. Ruko kediaman MH, diketahui sebagai lokasi terakhir dari tiga tempat yang digrebek aparat Polrestro Jakarta Pusat.

Saat ditangkap, Rabu (1/4/2015) malam, NS dan majikannya MH, tidak dapat berbuat banyak dan hanya bisa pasrah saat digelandang ke mobil petugas.

"Pas ketangkep, saya lagi muat buah ke mobil. Saya ini aslinya sopir, Mas. Cuma sambilan bantu-bantu saja, dibayar Rp 50 ribu per hari. Pekerja sebetulnya ada tiga orang, cuma saat digrebek polisi mereka sedang tidak ada," terang anak buah salah satu pentolan peracik air zamzam palsu, MH.

Sebelum menggrebek kediaman MH, polisi sudah terlebih dahulu mengamankan sejumlah barang bukti dan empat tersangka lainnya di tempat berbeda. Bermula dari penangkapan tersangka MR, selaku pemilik Toko Rizki Agency di Tanah Abang, Jakarta Pusat, siang hari yang sama.

Dari nyanyian MR, beberapa jam kemudian, polisi kembali mengamankan tiga tersangka lainnya di kediamannya di Jalan Mufakat RT 003/06, Srengseng, Jakarta Barat. Ketiga tersangka yang juga anak buah MR tersebut antara lain, SS, WD, dan AW.

Kepada polisi, MR mengaku belajar memanipulasi kemasan air zamzam tersebut dari tersangka MH. Sedangkan MH, mengaku pertama kali mendapat ide membuat air zamzam palsu dari kenalan orang Arab yang saat ini sudah meninggal dunia.

Keenamnya terancam jeratan pasal berlapis tentang perindustrian, wajib daftar perusahaan, pangan, kesehatan, perlindungan konsumen, dan kewajinan pencantuman label dengan ancaman 5 tahun penjara.

"Kita (polisi) sudah melakukan pengintaian terhadap tersangka selama satu bulan terakhir. Ini sebagai tindak lanjut dari laporan warga yang meresahkan adanya praktek pembuatan air zamzam palsu di kawasan Tanah Abang," terang Kasat Reskrim Polrestro Metro Jakarta Pusat, AKBP Tatan Dirsan Atmaja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com