Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prostitusi "Online" di Mata Penulis "Jakarta Undercover"

Kompas.com - 16/04/2015, 14:00 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Prostitusi online atau prostitusi digital menjadi sorotan setelah kasus kematian seorang penyedia jasa prostitusi online, Deudeuh Alfi Sahrin, yang dibunuh oleh pelanggannya sendiri.

Ternyata, praktik esek-esek tersebut telah berkembang lebih maju dengan bantuan teknologi. Kalau dulu dikenal "prostitusi tempat", kini dunia mayalah yang menjadi "tempatnya".

Moammar Emka, penulis buku Jakarta Undercover yang mengupas tentang kehidupan malam di Jakarta, berpendapat, para pekerja seks komersial (PSK) kini mencari celah karena prostitusi banyak dianggap ilegal. Setelah majunya era digital, praktik prostitusi pun menyesuaikan diri.

"Itu kemudian menjadi salah satu cara orang membuka lahan di sana," kata Moammar ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (16/4/2015).

Moammar mengatakan, faktor kedua yakni karena banyak PSK yang kehilangan tempat. Lokasi prostitusi "dibumihanguskan" dan dilarang atau ditutup. Akhirnya, para PSK ini memulai praktik model baru dengan bantuan teknologi tanpa mesti hadir atau mangkal di tempat tertentu.

"PSK makin sempit ruang geraknya, dia enggak punya celah lagi karena dulunya lokalisasi boleh, tapi sekarang banyak yang ditutup," ujar Moammar.

Faktor ketiga yakni perkembangan media sosial yang begitu pesat. Media sosial, lanjut dia, menjadi wadah tanpa batas bagi siapa pun. Ibaratnya menjadi tempat pertemuan orang dari belahan mana pun, seperti sebuah terminal dan begitu bebas. Ini juga yang kemudian mengubah gaya komunikasi masyarakat.

"Itu yang kemudian dimanfaatkan oleh mucikari, agen, atau PSK personal untuk buka lahan di situ," ujar Moammar.

Kasus kematian yang menjerat seorang penyedia jasa seksual seperti Alfi, lanjut dia, adalah buktinya. Seorang penyedia jasa seks dengan mudah men-display-kan dirinya di media sosial.

"Dan ternyata iklannya dia di sana, banyak dimakan orang dan dilihat. Terjadilah transaksi," ujar Moammar.

Praktik prostitusi digital, menurut dia, tidak hanya personal. Mucikari yang membawahkan beberapa PSK pun kini ada juga yang hijrah ke dunia maya. Hal semacam ini, kata dia, sudah berlangsung lama. Namun, kasus pembunuhan Alfi kemudian membuat kegiatan esek-esek di jagat maya itu kembali menjadi sorotan.

"Semakin ke sini itu menyebutnya prostitusi digital karena konteks dan variatifnya jauh lebih maju, tidak hanya teks atau foto lagi, tapi juga video," ujar Moammar.

Tidak aman

Moammar menilai, prostitusi digital lebih berbahaya ketimbang gaya prostitusi konvensional dulu. "Keamanan fisiknya tidak ada yang bisa menjamin. Jika terjadi kekerasan seksual gimana? Kalau terlibat pembunuhan kan repot," ujar dia.

Selain itu, PSK yang menjajakan diri secara personal seperti itu dipertanyakan soal prosedur pemeriksaan kesehatannya. Apakah PSK tersebut mengontrol kesehatannya minimal dua bulan sekali? "Sementara kalau di lokalisasi itu ada pemeriksaan kesehatannya," kata dia.

Sulit diberantas

Kegiatan esek-esek menjadi sulit diberantas, apalagi ketika wadahnya melalui dunia maya. "Susah, ini klasik. Tapi, kita bisa meminimalisasi kalau Kominfo bisa blok situsnya. Ya, paling tidak orang tidak segampang itu membuka situs porno," ujar dia.

Moammar menyatakan, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah memberi bibit baik bagi generasi muda, misalnya melalui pendidikan seks yang baik. "Kemudian peran orangtua dalam keluarga dan bagaimana cara berinternet yang sehat," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com