JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Yoga Adiwinarto mempertanyakan desain stasiun mass rapid transit (MRT) dan halte transjakarta koridor XIII yang tidak saling terhubung. Hal itu terjadi di titik perempatan Jalan Trunojoyo, tak jauh dari Gedung Kejaksaan Agung, Jakarta Selatan, yang nantinya menjadi titik pertemuan antara dua moda transportasi tersebut
Yoga mengatakan, pada rancangan yang ada saat ini, halte transjakarta koridor XIII berada tepat di perempatan Jalan Trunojoyo. Halte itu berada di atas jalan layang khusus busway yang menghubungkan Ciledug-Tendean. Tepat di bawah jalur layang busway, ada jalur layang MRT yang menghubungkan Sisingamangaraja-Lebak Bulus.
"Tapi ada yang janggal pada gambar (rancangan) ini karena tidak ada stasiun MRT di titik yang sama," kata Yoga kepada Kompas.com, Sabtu (17/4/2015).
Pada perencanaan proyek pembangunan MRT, perempatan Jalan Trunojoyo tidak masuk dalam salah satu titik pemberhentian. Titik pemberhentian terdekat di kawasan tersebut berada di depan Blok M Plaza atau di depan Masjid Al Azhar.
Yoga menyayangkan apabila rencana ini tetap dipertahankan sebab warga pengguna yang akan direpotkan. Ia mengatakan, jarak perempatan Trunojoyo dan Blok M Plaza mencapai ratusan meter. Dengan jarak ini, maka pengguna transportasi tersebut harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk berpindah moda dari transjakarta di koridor XIII ke MRT maupun sebaliknya.
Menurut Yoga, aspek kenyamanan penumpang mutlak dibutuhkan dalam keberhasilan layanan transportasi umum. Bila tidak, maka layanan transportasi umum yang disediakan akan sulit menjaring banyak penumpang.
"Harus jalan kaki cukup jauh dari stasiun MRT di Blok M Plaza ke halte transjakarta yang ada di perempatan Trunojoyo, bisa 500-800 meter. Kalau dari Al Azhar lebih jauh lagi," ujar Yoga.
Untuk itu, perlu ada koordinasi antara Dinas Bina Marga selaku penanggung jawab proyek pembangunan busway layang koridor XIII dan PT MRT selaku pembangun MRT. Ia menyarankan kepada Gubernur Basuki Tjahaja Purnama untuk segera mempertemukan dua pihak tersebut. Pertemuan harus dilakukan untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut. Menurut Yoga, belum terlambat menemukan solusi karena kedua proyek tersebut masih dalam tahap pengerjaan.
"Dua proyek ini sama-sama dipimpin oleh Gubernur, PT MRT kan di bawah Gubernur. Dinas Bina Marga yang bangun jalur layang transjakarta juga. Jadi sebenarnya semuanya satu komando. Tetapi kenapa ini kayak enggak jelas," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.